Film bertema serangan hiu seperti tak ada matinya, bahkan kali ini jauh lebih heboh dengan merambah Kota Paris. Under Paris merupakan film horor thriller produksi Perancis arahan Xavier Gens yang dibintangi oleh Bérénice Bejo, Nassim Lyes, serta Léa Léviant. Akankah film hiu rilisan Netflix ini memberikan sesuatu yang segar untuk subgenrenya?
Seorang ahli biologi laut, Sophia (Bejo) mengalami peristiwa tragis akibat serangan hiu ganas yang menewaskan rekan-rekan satu timnya. Hiu bernama Lilith tersebut merupakan hasil uji coba penelitiannya yang bermutasi akibat ekosistem laut yang kini telah berubah akibat perubahan iklim dan pencemaran. Tiga tahun berselang, Sophia mendapat informasi dari kelompok aktivis lingkungan bahwa hiu tersebut kini tengah berada di Sungai Seine yang membelah Kota Paris. Usaha untuk menangkap sang hiu berbuah gagal bahkan banyak korban berjatuhan. Di saat bersamaan, Kota Paris dalam waktu dekat akan menghelat lomba Triatlon internasional dengan ratusan peserta yang rutenya melalui Sungai Seine.
Under Paris boleh dibilang adalah “remake” Jaws (1975) karena kemiripan plotnya. Set pulau wisata Amity kini digantikan oleh Kota Paris dengan segala keindahan dan pesona Sungai Seine-nya yang termasyur. Bicara soal set, Under Paris jauh lebih superior. Sang hiu berkeliaran mencari mangsa di sepanjang sungai bahkan hingga kanal dan lorong air bawah kota dengan segala eksotismenya. Sosok mayor keras kepala dan menyebalkan pun juga ada di sini yang menganggap ancaman hiu ini sebuah bualan besar. Acara besar (triatlon) harus tetap berlanjut apa pun resikonya dan pecinta film pun bisa dengan mudah mengantisipasi kekacauan besar yang bakal terjadi. Intensitas ketegangan Under Paris dalam beberapa adegan cukup lumayan walau dengan CGI pas-pasan, hanya saja Jaws adalah film raksasa komplit dengan status masterpiece yang mentereng.
Banyak hal yang menjadi kelemahan adalah kisahnya yang tampak sekali memaksa. Walau plotnya telah menjelaskan secara ilmiah bagaimana sang hiu bisa berada di Kota Paris yang notabene air tawar, namun tetap saja ini terasa konyol. Jarak Kota Paris ke perairan laut lepas adalah ratusan km jauhnya dan sang hiu berada puluhan ribu mil dari posisi awalnya di Samudera Pasifik Utara. Mengapa sang hiu bisa memilih singgah di Paris, tentu karena Sophia berada di sana. Ini adalah keajaiban naskah film di mana apa pun bisa terjadi walau mustahil. Mengapa pula tak memilih buaya yang lebih logis ketimbang hiu? Ya jawabnya sama saja. Saya pikir pecinta film pasti paham dan pilihan mereka untuk menolerir hal ini atau tidak.
Under Paris adalah versi inferior Jaws yang menderita dari premis serta eksekusi terlalu memaksa, dan sedikit tertolong panorama memesona Kota Paris. Siapa yang tak ingin pergi ke Paris? Satu catatan menarik yang terlewat adalah pesan lingkungan yang kental dalam plotnya, sebut saja masalah pencemaran laut (sampah), perubahan iklim, suhu air laut yang meningkat, dan lainnya. Ending-nya yang mengejutkan mampu menggambarkan bagaimana alam memberikan keseimbangan bagi manusia yang terlalu serakah dan bodoh untuk tidak peduli dengan lingkungan. Sama bodohnya seperti halnya menulis naskah film horor bertema lingkungan (eco-horor) yang sekadar ditutup oleh keelokan lokasinya. What a waste.