Film bertema pembunuh bayaran tak bosan-bosannya dibuat para pembuat film, kini American Star turut meramaikan pasar. Film rilisan Prime Video ini digarap oleh Gonzalo López-Gallego dengan dibintangi Ian McShane, Thomas Kretschmann, Nora Arnezeder, Adam Nagaitis, Fanny Ardant, dan Oscar Coleman. Akankah film ini menawarkan sesuatu yang baru bagi subgenrenya?

Seorang pembunuh bayaran tua, Wilson (McShane) mendapat misi untuk membunuh seorang pria di wilayah Fuerteventura, Kepulauan Canary, Spanyol. Tanpa ia duga, misi tersebut ditunda beberapa hari. Wilson pun memilih untuk menghabiskan waktunya di sana. Bak berlibur, ia menikmati setiap jengkal pulau nan indah tersebut. Wilson tanpa sengaja berkawan dengan seorang gadis muda, Gloria (Arnezeder), yang ia tahu punya relasi dengan pria yang menjadi targetnya.

Sebuah film unik. Pertama, sang pemain adalah juga bermain dalam seri John Wick (sebagai Winston Scott) yang kurang lebih perannya sama dan namanya pun mirip. Secara menggelikan, ini menjadikan American Star layaknya “spin-off” John Wick. Kedua, film ini sama sekali tidak terfokus pada aksi, namun sisi drama, yang tak lazim untuk genrenya. Plotnya terasa sebagai refleksi hidup Wilson yang kesepian yang jauh dari kehangatan keluarga. Ketiga adalah penggunaan bangkai kapal USS American Star (kini telah tenggelam seutuhnya) di pesisir Fuerventura yang secara digital dihidupkan kembali untuk tuntutan cerita.

Di luar keunikannya, film ini menampilkan panorama indah area Fuerteventure. Wilayah gurun kering, pantai, dan perbukitan dengan jalanan yang berliku mendominasi sepanjang film. Ini membawa kita layaknya berlibur dan tak ada momen yang membuat rasa bosan sedikit pun. Satu momen membekas adalah visualisasi bangkai raksasa kapal American Star yang begitu mengintimidasi. Tak sulit untuk menebak jika bangkai kapal ini adalah juga sosok Winston yang mencari penebusan dari hidupnya yang hampa. Ending-nya makin menegaskan ini dengan ditutup oleh shot bangkai kapal sesungguhnya yang telah tenggelam seluruhnya di wilayah pesisir pantai.

Baca Juga  Kukejar Mimpi

American Star adalah eksplorasi cerita segar subgenrenya dengan dukungan panorama pandang yang luar biasa. Film ini mampu menyajikan sisi lain dari seorang pembunuh bayaran yang secara brilyan sekaligus menggambarkan dilema yang dihadapinya. American Star adalah sebuah pencapaian langka bagi genrenya, ditengah gempuran film-film senada dengan aksi tipikalnya. American Star, bersama The Killer dan Role Play yang belum lama rilis, masing-masing memiliki pendekatan cerita dan estetik yang unik. Eksplorasi unik dengan kedalaman cerita inilah yang rasanya membuat para pembuat film begitu bergairah dengan subgenre ini.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaBadland Hunters
Artikel BerikutnyaArgylle
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.