Angels & Demons (2009)

138 min|Action, Mystery, Thriller|15 May 2009
6.7Rating: 6.7 / 10 from 310,687 usersMetascore: 48
Harvard symbologist Robert Langdon works with a nuclear physicist to solve a murder and prevent a terrorist act against the Vatican during one of the significant events within the church.

Film aksi thriller, Angels & Demons (A&D) merupakan sekuel dari Da Vinci Code (DVC/2006) yang kembali diadaptasi dari novel laris karya Dan Brown. A&D masih digarap oleh sineas top, Ron Howard dengan tim penulis naskah yang sama pula, David Koepp dan Akiva Goldsman. A&D juga masih dibintangi Tom Hanks sebagai Profesor Langdon, didampingi oleh bintang-bintang papan atas lainnya seperti Ewan McGregor serta Stellan Skarsgård. Uniknya, dalam novel, cerita A&D sebenarnya terjadi sebelum peristiwa DVC namun cerita film ini diubah menjadi sekuel DVC.

Film dibuka memperlihatkan dua peristiwa yang berbeda, yakni berita kematian Paus serta dicurinya “anti-materi” hasil eksperimen rahasia yang berkekuatan maha hebat. Sang ahli simbol, Prof Langdon (Hanks) kemudian direkrut dinas intelegen rahasia Vatikan untuk membantu mengusut penculikan empat kardinal dan sebuah ancaman bom. Aksi teror ini didalangi oleh sebuah kelompok rahasia “Iluminati” yang meninggalkan petunjuk berupa simbol-simbol rahasia. Langdon atas ijin Patrick McKenna (McGregor) bersama Swiss Guard (pasukan pengawal khusus Paus) pimpinan Richter (Skarsgård), serta ahli fisika, Vittroria Vetra (Ayelet Zurer) harus berpacu dengan waktu sebelum satu persatu kardinal dibunuh dan bom diledakkan saat tengah malam.

Plotnya secara garis besar mirip dengan plot DVC. Sepanjang filmnya berkutat bagaimana Langdon memecahkan misteri (baca: mencari lokasi) “Jalur Iluminati” melalui simbol-simbol “religius” dengan misi yang kali ini lebih sederhana. Durasi cerita yang singkat (kurang dari satu hari) serta tempo plot yang cepat sejak awal filmnya nyaris tidak memberi kita kesempatan untuk bernafas. Bersama Langdon dan rekan-rekannya, penonton turut diajak berpacu dengan waktu dari satu lokasi ke lokasi lain untuk menemukan lokasi para kardinal. Skema plot yang nyaris mirip sekuen demi sekuennya tidak membuat penonton lantas bosan karena unsur ketegangan yang dibangun sangat rapi dan apik. Sejak awal, Vetra seolah akan menemani Langdon sepanjang filmnya namun nyatanya sang profesor secara bergantian didampingi partner yang berbeda dalam memecahkan sebuah kasus, tidak seperti halnya dalam DVC (selalu bersama Sophie).

Baca Juga  The Avengers

Sama seperti DVC, film ini juga menampilkan eksotisme melalui latar (set) bangunan-bangunan sejarah/religius di Vatikan, seperti Basilica St. Peter, Lapangan St. Peter, Gereja St. Angelo, serta lainnya. Sepanjang filmnya, kita seperti layaknya turis diajak keluar masuk ke berbagai lokasi serta bangunan gereja bersejarah di Vatikan. Setting interior yang konon merupakan set studio dibangun begitu megah dan sangat meyakinkan. Kita bahkan diajak berkeliling masuk ke dalam ruangan-ruangan “terlarang”, contohnya di St. Peter Basilica, seperti ruang hall hingga ruang makam mendiang Paus. Entah, apakah otentik atau tidak sulit diketahui tapi sepertinya bukan masalah. Dalam beberapa shot kadang digunakan CGI yang grafiknya tampak sedikit kasar, seperti shot saat ribuan orang berkumpul di Lapangan St. Peter.

Juga sama seperti dalam DVC, Tom Hanks kembali bermain rata-rata (jauh dibawah kualitasnya) sebagai sang profesor yang intelek, gesit dan lincah, berhati mulia namun tidak beriman (atheis). Hal yang pastinya tidak sulit bagi aktor sekelas Hanks. Sejak awal sepertinya ia dipilih hanya karena mirip dengan sosok Langdon. Begitu pula dengan aktor-aktor top lainnya, yakni Ewan McGregor serta Stellan Skarsgård, mereka hanya bermain rata-rata. Ayelet Zurer yang bermain sebagai satu-satunya pemain wanita (Vetra) dalam film ini hanya tampak sebagai pemanis ketimbang larut dalam plotnya. Bicara soal Vetra, karakter ini sepertinya tahu segala hal, dari ilmu fisika, sejarah, bahasa, bahkan hingga ilmu kedokteran. Ho ho…

Angel & Demon secara keseluruhan merupakan film aksi thriller yang sangat menghibur. Filmnya persis seperti apa yang Anda harapkan sebelum menonton filmnya. Film ini tidak menawarkan apa pun, selain aksi menegangkan, setting eksotik, dan plus ending kejutan. Formula filmnya menggunakan pola yang serupa dengan DVC (plus National Treasure), hanya sedikit lebih heboh, itu saja tak lebih. Jika Anda menyukai DVC sepertinya A&D akan jauh lebih menghibur. A&D rasanya juga bakal tak sulit menyamai sukses komersil DVC. Sekuel ketiga? You bet!

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaDari Redaksi mOntase
Artikel BerikutnyaNight at The Museum: Battle of the Smithsonian
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. salam montase,
    saya pikir A&D so predictable skli ceritanya … klebihannya kita bisa trip melihat bangunan gereja di vatikan …. And assasinnya kok baik sekali ya sewaktu ktmu langdon + vetra ( dilepas dengan alasan tidak ada order utk membunuh )ketika langdon berusaha meyelamatkan kardinal ke 3 assasin itu berusaha membunuhnya ???? ( C )

    rodriquez,jr

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.