Assassin's Creed (2016)

115 min|Action, Adventure, Sci-Fi|21 Dec 2016
5.6Rating: 5.6 / 10 from 209,840 usersMetascore: 36
Callum Lynch explores the memories of his ancestor Aguilar de Nerha and gains the skills of a Master Assassin, before taking on the secret Templar society.

Beberapa bulan lalu film adaptasi video game Warcraft sukses di pasaran sekalipun tidak disukai banyak pengamat. Pada bulan penutup tahun ini Assasin’s Creed yang diadaptasi dari video game populer berjudul sama mencoba peruntungannya. Creed disutradarai oleh Justin Kurzel dengan bintang-bintang top seperti Michael Fassbender, Marion Cotillard, serta Jeremy Irons. Uniknya ini adalah reuni kembali Kurzel, Fassbender, dan Cotillard setelah tahun lalu merilis film mereka, Macbeth.

Alkisah sejak ratusan tahun silam pihak Templar dan Assasin adalah musuh abadi untuk merebutkan artifak Apple of Eden yang konon menjadi simbol kebebasan berkehendak. Callum Lynch adalah seorang kriminal kelas kakap yang mendapatkan vonis mati sebelum diselamatkan oleh pihak berlabel Abstergo Industries yang belakangan diketahui adalah modifikasi Templar di era modern. Lynch teryata adalah leluhur dari seorang assasin bernama Aguilar yang konon adalah orang terakhir yang diketahui memegang Apple of Eden. Melalui teknologi yang dimiliki Abstergo, Lynch dibawa ke masa lalunya untuk mendapatkan informasi keberadaan artifak tersebut.

Berbekal premis cerita yang menarik dari video game-nya Assasin’s Creed mengembangkan alur kisahnya tidak kalah menarik pula. Latar belakang kisahnya yang menjadi poin utama plot filmnya. Diawali dengan alur cerita lambat dan penuh misteri, film ini ternyata menyimpan sekuen aksinya yang disajikan sangat mengesankan. Berjalannya waktu, seiring dengan kesadaran Lynch dengan masa lalunya, film ini berkembang menjadi semakin menarik. Segmen aksi yang juga menjadi andalan game-nya tidak hanya sajian visual semata namun juga melebur kuat dengan kisahnya.

Baca Juga  Guardians of The Galaxy Vol. 3

Sajian visual jelas adalah kekuatan filmnya khususnya aspek sinematografi. Sineas tampak suka berlama-lama dengan shot melalui komposisi serta pergerakan kamera yang amat matang menjadikan gambar-gambarnya sangat nyaman untuk dilihat. Setting Spanyol era silam dengan arsitekturnya yang khas berkombinasi dengan pencapaian CGI amat mendukung aspek sinematografinya. Aksi kejar-mengejar sejenis memang sudah sering kita lihat namun film ini mampu terlihat berbeda dan penuh gaya dengan dukungan koreografi pertarungan yang sangat baik. Ilustrasi musik unik yang diusung oleh adik sang sutradara, Jed Kurzel menjadikan ruh filmnya semakin menyala. Amat jarang film aksi masa kini yang bisa menyatu antara pencapaian cerita, aksi, sinematografi, serta ilustrasi musik yang kuat.

Melalui ide cerita yang menarik serta sinematografi yang menawan, Assasin’s Creed adalah lebih dari sebuah film adaptasi video game biasa. Dukungan para pemain bintangnya juga mampu mengangkat filmnya sekalipun tidak banyak menguras energi mereka. Satu-satunya kelemahan filmnya adalah kisahnya sendiri yang memang belum selesai yang konon akan dibuat dua sekuelnya. Film ini memang bukan yang terbaik untuk genrenya namun bisa dibilang adalah film adaptasi video game terbaik sejauh ini.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaPasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon
Artikel BerikutnyaHangout
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.