Bad Boys: Ride or Die (2024)
115 min|Action, Adventure, Comedy|07 Jun 2024
6.5Rating: 6.5 / 10 from 105,544 usersMetascore: 54
When their late police captain gets linked to drug cartels, wisecracking Miami cops Mike Lowrey and Marcus Burnett embark on a dangerous mission to clear his name.

Bad Boys: Ride or Die adalah seri keempat dari franchise Bad Boys dan merupakan sekuel dari Bad Boys for Life (2020). Bad Boys for Life tercatat adalah serinya yang tersukses baik kritik maupun komersial, yang uniknya tidak diarahkan oleh sineas aslinya, Michael Bay. Seri keempat ini masih digarap oleh duo sineas asal Belgia,  Adil dan Bilall yang menggarap seri sebelumnya. Selain dua bintangnya, Will Smith dan Martin Lawrence, film sekuelnya ini masih dibintangi para kasting regulernya, khususnya seri sebelumnya,  yakni Joe Pantoliano, Vanessa Hudgens, Alexander Ludwig, Paola Núñez, Jacob Scipio, dan DJ Khaled. Akankah sekuelnya ini mampu mencapai sukses kritik dan komersial seperti sebelumnya?

Mike (Smith) dan Marcus (Lawrence) kini harus membersihkan nama mendiang bos mereka, Kapten Howard (Pantoliano) yang diduga berkolaborasi dengan kartel untuk meraih keuntungan pribadi. Investigasi mereka berujung pada sesosok misterius, di mana Mike dan Marcus terpaksa harus melibatkan putranya, Armando (Scipio) yang berada di tahanan. Armando rupanya bisa mengidentifikasi sang dalang, hingga akhirnya, mereka bertiga pun dijebak dan diburu oleh pihak berwenang. Situasi bertambah pelik ketika putri kapten Howard, Judy, yang juga adalah US Marshall adalah orang yang memburu mereka (Armando adalah pembunuh ayahnya dalam seri ketiga). Belum lagi para pemburu bayaran yang mengincar kepala mereka dengan imbalan hadiah USD 5 juta yang digagas oleh sang dalang.

Seri keempat ini rupanya punya relasi kuat dengan kisah seri ketiga. Bagi yang belum menonton seri sebelumnya bisa jadi akan merasakah sesuatu yang lepas dalam kisahnya, khususnya relasi antara Mike dan Armando, serta motif putri sang kapten. Naskahnya cukup cerdik memotivasi polemik di antara para tokohnya yang dipicu peristiwa pada kisah film sebelumnya. Ini menjadikan konfliknya lebih personal dan mendalam ketimbang sebelumnya. Tidak seperti dua seri awal yang digarap Bay (semata berisi aksi ugal-ugalan dua detektif jagoan), dua seri lanjutannya memang berani mengambil resiko dan memasukkan family value dalam plotnya. Ini memang mengejutkan dan seri keempatnya pun, percaya atau tidak, masih memiliki cerita yang cukup menyentuh.

Baca Juga  Perjanjian Gaib

Di luar sisi cerita, aksi dan banyolan masih pula dominan yang sejak awal menjadi “jiwa” serinya. Aksi-aksinya kini tak kalah heboh dengan seri Fast & Furious dengan menyajikan satu adegan menegangkan dan intens di atas helikopter. Untuk sisi ketegangan, Ride or Die rasanya adalah yang terbaik karena alur plotnya yang berjalan nyaris nonstop. Formula aksi pengejaran “buron” menjadi kunci plot yang efektif. Sementara sisi humor rutinnya, kembali didominasi oleh sosok Marcus yang kali ini mengambil topik “reinkarnasi” karena pengalaman mati surinya. Dialog-dialog konyol masih muncul dan kini bahkan sosok Marcus melakukan “tribute” tamparan Smith pada Chris Rock pada ajang Academy Awards 2022 dengan melakukan hal yang sama (bahkan berkali-kali) dalam satu adegannya. Bagi yang paham, ini tentu bakal membuat penonton terpingkal. Michael Bay seperti dalam seri ketiga, juga muncul sebagai cameo, dan film ini pun masih banyak mengadopsi shot-shot enerjik gaya sang sineas dalam banyak adegannya.

Bad Boys: Ride or Die masih memiliki spirit serinya melalui sisi aksi dan humor, namun di luar dugaan mampu menyelipkan nilai keluarga yang menyentuh. Sang duo sineas masih mengambil formula sukses seri ketiganya dalam naskahnya. Entah film ini bakal sukses atau tidak, tentu masih menanti hasilnya. Peristiwa mengejutkan pada ajang Academy Awards dua tahun lalu yang dilakukan Smith, konon berdampak besar bagi karir dan kehidupan sang bintang. Smith (bersama Lawrence) sudah melakukan segalanya dengan maksimal dan Ride or Die (bersama Bad Boys for Life) telah mampu menebus kesalahan yang dilakukan seri pertama dan kedua. Akankah seri keempatnya bakal pula menebus pula karir Smith? Kita akan mengetahuinya dalam waktu dekat.

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaMy Oni Girl
Artikel BerikutnyaJapanese Film Festival Online 2024 Hadir
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). A lifelong cinephile, he developed a profound passion for film from an early age. After completing his studies in architecture, he embarked on an independent journey exploring film theory and history. His enthusiasm for cinema took tangible form in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience eventually led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched students’ understanding through courses such as Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended well beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, Understanding Film, an in-depth examination of the essential elements of cinema, both narrative and visual. The book’s enduring significance is reflected in its second edition, released in 2018, which has since become a cornerstone reference for film and communication scholars across Indonesia. His contributions to the field also encompass collaborative and editorial efforts. He participated in the compilation of Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1–3 and 30 Best-Selling Indonesian Films 2012–2018. Further establishing his authority, he authored Horror Film Book: From Caligari to Hereditary (2023) and Indonesian Horror Film: Rising from the Grave (2023). His passion for cinema remains as vibrant as ever. He continues to offer insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com while actively engaging in film production with the Montase Film Community. His short films have received critical acclaim at numerous festivals, both nationally and internationally. In recognition of his outstanding contribution to film criticism, his writing was shortlisted for years in a row for Best Film Criticism at the 2021-2024 Indonesian Film Festival. His dedication to the discipline endures, as he currently serves as a practitioner-lecturer in Film Criticism and Film Theory at the Indonesian Institute of the Arts Yogyakarta, under the Independent Practitioner Program from 2022-2024.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses