Black Panther: Wakanda Forever adalah satu sekuel yang ditunggu para fansnya yang membuat penasaran, khususnya sepeninggal Chadwick Boseman. Minus sang aktor, Wakanda Forever masih kembali mengkasting regulernya, yakni Letitia Wright, Angela Bisset, Dana Gurira, Lupita Nyong’o, Winston Duke, hingga Martin Freeman, dan kini dibantu Tenoch Huerta dan Dominic Thorne. Dengan sineas yang sama, Ryan Coogler dan bujet raksasa USD 250 juta apakah sekuel ini setimpal, sekaligus menjadi penutup fase keempat Marvel Cinematic Universe (MCU)?
“Wakanda Forever!”
Setelah peristiwa Thanos, dikisahkan sang raja Wakanda, T’Chala sakit misterius yang akhirnya menjemput ajalnya. Seluruh Wakanda berduka dan sang ibunda, Ramonda (Basset) pun kembali naik tahta. Setahun setelahnya, Ramonda dan Shuri (Wright) didatangi satu sosok kuat yang misterius bernama Namor (Huerta). Ia meminta Wakanda untuk mencari ilmuwan AS yang mampu membuat detektor logam Vibranium di dasar laut karena dianggap mengancam sukunya. Jika tidak, sukunya akan menyerang Wakanda. Rupanya Namor adalah raja dari ras mutan di bawah laut yang telah ada ratusan tahun lalu. Shuri dan Okoye (Gurira) yang menyelidiki kasus ini mendapati sang ilmuwan ternyata adalah seorang siswi MIT di Massachusetts, AS. Apakah mereka akan membiarkan sang gadis dilenyapkan?
Siapa yang tidak penasaran pada nasib “Wakanda” sepeninggal mendiang Chadwick Boseman? Kekacauan besar pasti terjadi di Marvel Studios karena sosok Boseman jelas sulit tergantikan. Pun masalah ini berlanjut di naskahnya. Apresiasi tinggi untuk naskahnya yang benar-benar meniadakan sosok ini (T’Chala) dengan masih menggunakan beberapa karakter lama, yakni sang ratu, sang adik (Shuri), Okoye, hingga sosok raksasa M’Baku (Duke). Hanya saja, mereka tak punya karisma sang aktor dan tak ada satu pun sosok yang mampu menggantikannya. Tanpa Boseman, naskahnya tak lagi punya kedalaman, selain hanya soal dendam dan Vibranium. Tak ada gigitan bahkan cubitan kecil pun di plotnya.
Bicara plotnya, banyak kejanggalan dan lubang plot di sana sini. Konflik dengan Namor dan sukunya, jujur saja, memang terasa dipaksakan. Hingga segmen Massachusetts, plotnya masih menarik sejalan sosok Namor yang masih misterius bagi kita. Namun, sejak Namor mengambil-alih cerita, segalanya menjadi berantakan. Aneh, mereka sudah dapat apa yang mereka mau (sang ilmuwan), mengapa tidak melakukan apa yang harus mereka lakukan di saat banyak kesempatan? Opsi menyerang Wakanda adalah konyol, apalagi manusia bumi. Bisa jadi, mereka tidak pernah mendengar Avenger atau sosok Captain Marvel? Atau bisa jadi mereka terhindar “snap” Thanos. Ini jelas konyol.
Merujuk titel dan film pertamanya, momen transisi Black Panther adalah satu momen transendental dan penuh kearifan serta nuansa tradisi lokal. Namun kini? Semuanya serba instan sejalan dengan tuntutan kisahnya. Sosok Shuri jelas terlalu lemah untuk karakter sebesar ini, walau mau tak mau, ia harus melakukannya. Lalu aksi? Tak banyak yang membekas kecuali beberapa momen visual yang mengagumkan. Aksi di jalanan malah jauh lebih menarik ketimbang aksi di bawah air. Satu hal yang menarik justru adalah sisi lain sudut kota Wakanda yang memadukan modernitas dan alam, walau kita sama sekali tidak dijelaskan bagaimana pertahanan kota bisa dibobol dengan begitu mudahnya. Visualnya, baik aksi maupun setting atas dan bawah lautnya, jelas jauh dari buruk.
Walau terdapat momen visual yang mengagumkan, Black Panther: Wakanda Forever kehilangan karisma, pesona, dan kedalaman kisah akibat ketiadaan sosok Chadwick Boseman. Tak ada yang mampu menggantikan sosok ini, walau sang aktris hebat, Angela Basset bermain jauh melebihi performa sebelumnya. Satu momen khusus menjadi tribute bagi mendiang sang aktor. Lalu apa lagi setelah ini? Sosok Namor dan rasnya yang superior kini telah tersedia. Dengan konsep multiverse dan belasan karakter baru, MCU kini berjalan ke arah tanpa batas. Bagi saya ini bukan berita bagus, tapi saya menanti apa yang akan mereka lakukan setelah ini.