Fast & Furious (2009)

107 min|Action, Crime, Thriller|03 Apr 2009
6.5Rating: 6.5 / 10 from 313,563 usersMetascore: 46
Brian O'Conner, back working for the FBI in Los Angeles, teams up with Dominic Toretto to bring down a heroin importer by infiltrating his operation.

Fast & Furious merupakan film aksi balapan mobil sekuel keempat sejak The Fast and The Furious (2001), 2 Fast and 2 Furious (2003), dan terakhir Fast and Furious: Tokyo Drift (2006). Sineas Tokyo Drift, Justin Lin kembali dipercaya untuk mengarahkan seri yang keempat ini. Untuk menarik penonton kali ini bintang-bintang seri pertama kembali dimunculkan, yakni Vin Diesel, Paul Walker, Michele Rodriguez, serta Jordana Brewster.

Fast & Furious… Judul asli filmnya agak tak lazim untuk sebuah sekuel. Tanpa embel-embel angka “4” (kecuali rilis Asia) atau kata-kata seperti “The Redemption”, “Final Showdown” atau semacamnya. Judulnya memberi kesan jika filmnya terdapat formula yang sama dengan seri pertama atau merupakan lanjutan dari seri pertamanya. Dua-duanya rasanya benar. Seperti judulnya, film ini nyatanya sama sekali tidak menawarkan sesuatu yang baru. Pemain utama semua sama dan plotnya pun merupakan lanjutan langsung dari seri pertamanya. Agak lucu juga karena ini mementahkan plot 2 fast & 2 Furious dimana Brian dikisahkan telah keluar dari biro. Wah sudahlah…

Film dibuka dengan satu sekuen aksi yang sangat mengagumkan ketika Dominic dkk mencuri tanki-tanki yang ditarik satu truk besar. Tata sinematografi yang menawan mampu menggambarkan dengan rinci serta runtut aksi-aksi mereka ketika melepas tanki-tanki satu demi satu. Satu shot paling menawan adalah ketika kita dibawa terbang ke atas untuk memperlihatkan kondisi jalanan di depan yang menurun tajam. Wow… it’s very entertaining. Bisa dibilang ini merupakan sekuen pembuka terbaik dibandingkan tiga seri sebelumnya. Jangan sampai telat masuk bioskop!

Fast and Furious seri 1, 2, dan 3 menggambarkan dunia otomotif (baca: mobil keren) merupakan gaya hidup yang tak lepas dari anak muda masa kini. Balapan jalanan yang menjadi trademark tiga seri sebelumnya kini tidak lagi ada. Plot Fast & Furious lebih serius (bahkan terlalu serius) dari sebelumnya.. it’s only about vengeance. Plot dan karakter semuanya terlalu serius… not even a single joke! Bahkan aksi balap pun cenderung konyol. Coba simak ketika Dominic dan Brian harus dites balapan sebelum mereka diterima kerja oleh Braga, sang gembong. Semua pengemudi dilengkapi GPS canggih yang menuntun mereka menuju lokasi finish. Balapan berlangsung di kawasan lalu-lintas padat kendaraan (kebetulan tak ada polisi) dan beberapa-kali nyaris (rasanya sudah) menabrak pejalan kaki dan kendaraan lain. It’s fun but ridiculous….

Sekuen aksi jelas menjadi andalan filmnya namun ini pula masalahnya. Filmnya lebih terasa hidup jika adegan aksi berlangsung dan sangat membosankan ketika adegan dialog biasa. Sekuen aksi pembuka filmnya ternyata terlalu superior ketimbang semua sekuen aksi setelahnya. Sekuen aksi kejar-mengejar seru di dalam (gua) tambang memang tidak buruk namun sulit untuk kita nikmati ketimbang jika berlangsung di jalanan biasa. Agak aneh juga melihat mobil-mobil tersebut mampu berbelok cepat di terowongan yang begitu sempit tanpa sedikitpun menabrak dinding gua. Aksi klimaks yang diharapkan pun ternyata jauh dari memuaskan. “Fenix it’s mine…” ujar Dominic penuh dendam. Sudah terbayang bagaimana Dominic dan Fenix kelak saling beradu mobil gila-gilaan… semuanya ternyata cuma impian. He’s got him alright but it’s too easy.

Secara keseluruhan Fast & Furious adalah film aksi yang cukup menghibur. Sosok Vin Diesel dan Paul Walker walau bermain terlalu serius rasanya cukup menjadi nilai jual filmnya. Sayang karakter Letty dan Mia sama sekali tidak terlibat dalam sekuen aksi filmnya (kecuali Letty dalam sekuen pembuka). Filmnya juga mencoba memberikan kejutan melalui identitas sang gembong yang disembunyikan sepanjang filmnya namun ini saja tak cukup. Fast & Furious kali ini terlalu serius layaknya film aksi dewasa dan bukan lagi film remaja seperti tiga seri sebelumnya. Memang bukan masalah, Just enjoy the action.

WATCH TRAILER

Baca Juga  Drag Me To Hell

PENILAIAN KAMI
Overall
65 %
Artikel SebelumnyaDragon Ball Evolution
Artikel BerikutnyaKnowing
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.