orang-orang yang menyentuh kata dengan tanganya

passage-posterSebuah kamus ibarat perahu kecil yang mengambang di Samudra dan orang-orang mengarungi lautan dengan perahu tersebut. Kamus menawarkan bantuan kepada mereka untuk navigasi saat mengarungi samudra, juga sebuah jembatan yang menghubungkan orang-orang dengan lautan kata. Fune O Amu/The Great Passage adalah film tentang kamus atau lebih tepatnya tentang proses pembuatan sebuah kamus.

Setting awal film ini adalah Jepang tahun 1995, ketika perubahan teknologi dan teknologi informasi mulai mengubah gaya hidup orang-orang, banyak kata mempunyai makna baru, banyak kata baru “lahir” dan beberapa kata “mati” atau sudah tidak digunakan lagi. Untuk itu diperlukan sebuah kamus baru yang bisa menjadi pegangan perubahan, kamus tersebut adalah daitokai atau The Great Passage yang bisa diartikan “kamus untuk saat ini”.

Majime yang berarti serius memang seorang yang serius, kutu buku, kaku dan susah berkomunikasi dengan orang lain-(Majime dimainkan oleh Ryuhei Matsuda dengan sangan menawan). Awalnya dia adalah salesmen buku yang tidak cocok menjadi salesman hingga dia direkrut untuk bergabung dengan departeman kamus, yang sedang mencari pengganti salah satu editornya, Araki (Kouru Kobayashi), yang akan pensiun karna ingin mengurus istrinya yang sakit. Untuk mengetahui seorang cocok atau tidak masuk dalam departeman kamus penerbit Genbu Book, Araki mengajukan sebuah pertanyaan : apa arti kata “Kanan” ? pertanyaan itu biasanya dijawab dengan : ini tangan kanan, ini tangan kiri, sambil menunjukan tangan mereka. sementara Majime memberikan jawaban yang berbeda : “ketika kita menghadap kebarat, kanan itu adalah utara”, jawaban dan tingkah laku Majime membuat Araki yakin bahwa dia telah menemukan pengganti dirinya. Majime melengkapi departeman kamus yang sudah ada, Araki editor yang akan pensiun, Masashi Nishioko (Joe Odagiri), Matsumoto (Go Katao)sebagai kepala editor dan Kaoru Sasaki (Hiroko Isayama).

Bekerja dibagian kamus bukanlah pekerjaan idaman bagi siapapun yang bekerja di kantor penerbitan. Gedung departeman kamus Genbu Book terpisah dari bagian utama, gedungnya terkesan tidak terawat dengan tanaman menjalar didinding (menurut saya malah terkesan artistik) sementara bangunan utama menjulang tinggi dan bersih, bagian kamus tak ubahnya tempat arsip tua dengan tumpukan buku dimana-mana, bahkan banyak pegawai Genbu Book yang tidak tahu bahwa kantor mereka mempunyai departeman kamus.

Proses pembuatan kamus pun dimulai. Mereka memilih ,mencari dan memburu kata, hingga memberikan definisi untuk kata tersebut. Mereka akan datang ke tempat nongkrong yang sedang popular atau mencoba teknologi baru sambil mencatat kata baru yang mereka temukan dan memberi definisi yang pas untuk kata tersebut. Setiap kata yang akan masuk dalam daitokai, akan mempunyai 2 definisi. Pertama setiap kata akan mempunyai definisi yang tepat dalam penggunaan yang tepat juga. Yang kedua kata tersebut juga akan diberikan penggunaan yang tidak tepat disertai catatan. Contoh sederhananya kata “Anjing”, Anjing adalah hewan mamalia pemakan daging, berkaki empat, berlidah panjang, memiliki penciuman yang bagus, mengendus dan menggonggong. Tetapi akan mempunyai definisi lain dalam kontek seperti ini : “anjing lu” atau “anjing, sakit banget ! “ (karna kakinya terluka). Kata-kata mengalami evolusi makna sesuai perkembangan zaman. Memahami makna yang sebenarnya dari sebuah kata sama dengan keinginan untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain dengan seksama. Hasrat untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itulah daitokai dibuat, sebuah kamus untuk saat ini.

Baca Juga  Retrospeksi Film Pendek Montase: 05:55

Great Passage 2

Proses pembuatan kamus adalah proses panjang yang disadari seluruh tim dari awal. Dan memang kamus ini memakan 15 tahun pengerjaan. Proses panjang dengan segala drama dan perubahan, baik tim pembuat maupun dunia tempat kata-kata berasal memperkaya daitokai. Proses perubahan dan drama selama 15 tahun ditampilkan dengan kewajaran baik secara sinematik maupun penceritaanya. Seperti ketika Majime, Jatuh cinta kepada anak Ibu kos bernama Kaguya Hayashi (Aoi Miyazaki) yang baru pulang dari belajar membuat suhsi dan memutuskan untuk menemani Ibunya yang sudah tua. Majime yang serius, kaku, susah berkomunikasi, kebingungan dengan apa yang dia rasakan dan apa yang akan dia lakukan karna jatuh cinta, karna dia tidak tahu apa arti itu cinta. Teman-temannya memberikan kesempatan untuk Majeme mengartikan kata Cinta untuk daitokai. Dengan proses yang begitu kaku tapi tulus, ternyata cinta Majime bersambut lalu akhirnya menikah. Ketika cintanya bersambut itulah, Majime bisa mengartikan kata Cinta untuk daitokai :

Cinta :
Sebuah bentuk emosi disaat anda merasa sayang kepada seseorang,
Dan anda tidak mampu menghilangkan orang itu dari pikiran anda, siang maupun malam, mengganggu kemampuan anda fokus kepada hal lain, dan membuat anda menggeliat di dalam diri.

Ketika itu terpenuhi, anda merasa berada di puncak dunia.

Sebuah kamus memang jarang kita pedulikan meskipun sering kita gunakan, kita merasa bahwa benda tersebut harus ada ketika kita butuhkan tidak peduli siapa yang membuatnya dan proses seperti apa ketika membuat kamus. Proses yang panjang dan penuh dedikasi diperlukan ketika membuat kamus, seperti diperlihatkan dalam film ini, diceritakan salah satu editor Daitokai meninggal sebelum kamus ini diterbitkan. Lalu kenapa membuat kamus bisa begitu lama ? Memang dibutuhkan kedetailan atau bisa disebut kesempurnaan dalam proses pembuatan kamus, apa yang terjadi jika kita menemukan ada satu kata salah dalam sebuah kamus ? tentunya kita akan kehilangan kepercayaan terhadap kamus tersebut.

Fune O Amu/Great Passage adalah tentang orang-orang yang berenang, menyelam kadang tenggelam dalam lautan kata, orang-orang yang mampu “menyentuh” kata dengan tangannya.

Film ini disutradari oleh Yuyu Ishii berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Shiwon Miura.

Artikel SebelumnyaSan Andreas
Artikel BerikutnyaChris Pine Jadi Kekasih Wonder Woman
Pernah belajar film secara formal di Jogja dan Jakarta. Pernah dan masih membuat film diwaktu luang. Sekarang tinggal dan beraktifitas di Kota Bogor. Ketika akan menonton film selalu ingat dengan kata-kata “Hidup terlalu singkat untuk menonton film yang jelek”. Penulis saat ini mengasuh kolom frontier pada montasefilm.com

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.