Guardians of the Galaxy Vol. 2 (2017)

136 min|Action, Adventure, Comedy|05 May 2017
7.6Rating: 7.6 / 10 from 764,992 usersMetascore: 67
The Guardians struggle to keep together as a team while dealing with their personal family issues, notably Star-Lord's encounter with his father, the ambitious celestial being Ego.

Guardians of the Galaxy Vol.2 tercatat merupakan sekuel dari film Guardians of the Galaxy dan juga film ke-15 dari Marvel Cinematic Universe (MCU). Film ini masih digarap oleh James Gunn dengan bintang-bintang regulernya, yakni Chris Pratt, Zoe Zaldana, Dave Bautista, Vin Diesel (audio), Bradley Cooper (audio), serta beberapa bintang baru, seperti Silvester Stallone dan Elizabeth Debicki. Apakah film ini mampu bersaing dengan seri pertamanya dan film-film MCU yang lainnya?

Selepas kejadian seri pertama, Tim Guardian of the Galaxy yang kini populer, banyak menerima job dari berbagai pihak, dan kali ini adalah seorang ratu eksentrik bernama Ayesha. Ulah Rocket menyebabkan mereka akhirnya diburu oleh anak buah Ayesha, hingga mereka ditolong seseorang bernama Ego, yang mengaku ayah dari Peter Quill. Petualangan pun berlanjut yang menjadi ujian bagi persahabatan mereka.

Sejak awal, opening credit-nya yang demikian bergaya, memunculkan ekspektasi besar terhadap film ini. Namun, tak disangka ini adalah momen terbaik filmnya. Inti kisah filmnya kali ini adalah masalah keluarga dan masa lalu mereka. Hampir tiga perempat film, kisahnya terasa amat datar, sebelum aksi pada babak ketiga muncul dan membuat segalanya sedikit lebih hidup. Tak ada sesuatu yang besar disini untuk skema besar franchise-nya. Tidak ada Infinity Stone, Thanos, atau lainnya. Kisahnya hanya seputar masalah mereka sendiri dengan tambahan beberapa karakter baru. Kali ini, kita lebih jauh mengenal tokoh Yondu Udonta, yang sangat mencuri perhatian di seri pertamanya. Tokoh ini rasanya yang paling menonjol kali ini. Lantas bagaimana dengan jagoan-jagoan kita? Tak ada eksplorasi karakter sama sekali, kecuali hanya polah dan banyolan yang (kadang lucu) keluar dari mulut mereka. Sepertinya, hanya Baby Groot dengan polah kekanakannya yang mampu mencuri perhatian.

Baca Juga  Moonfall

Musik lawas yang menjadi gaya dan kekuatan seri pertamanya kembali digunakan. Hanya kali ini terasa lebih lemah dari sebelumnya. Entah karena lagu yang digunakan, atau karena pengadeganannya, yang jelas segala hal yang menjadikan seri pertamanya begitu elegan dan membangun mood adegannya, kini hilang. Efek Visual? Entah mengapa, kali ini dengan dunia “Ego” yang begitu absurd menjadikan segalanya tampak artifisial. Aksi pun tidak mampu menggugah rasa kantuk sama sekali, tak ada yang baru disini, kecuali segmen aksi Yondu dengan panahnya menghabisi musuh-musuhnya dengan elegan.

Guardians of the Galaxy Vol.2 bermain aman dengan formula yang sama seperti sebelumnya, tanpa ada sesuatu yang baru bagi franchise-nya (Marvel Cinematic Universe). Tercatat, film ini adalah film pertama franchise-nya yang tidak ada pengembangan plot bagi kisah MCU untuk seri ke depan. Film ini seperti memaksakan cerita hanya sekedar untuk memunculkan karakter-karakter baru. Tak ada keraguan, film ini adalah yang terlemah dari seri MCU. Semoga ini tidak menjadi awal dari penurunan kualitas plot dari film-film MCU selanjutnya.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBefore I Fall
Artikel BerikutnyaSeteru
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.