Pengangkatan daerah luar Jakarta telah beberapa kali dilakukan oleh sejumlah sineas dan penulis lewat film-film mereka. Ada Notebook (2021), A Perfect Fit (2021), Ngeri-Ngeri Sedap (2022), Onde Mande! (2023), hingga Begitu pula Kejar Mimpi Gaspol! arahan Hasto Broto dengan skenario garapan Arie Kriting, Abdur Arsyad, dan Sindy Asta. Semuanya adalah nama-nama baru, kecuali Arie. Produksinya pun dinaungi oleh Anak Bangsa Berkreasi yang notabene baru dibuat. Dimainkan antara lain oleh Asri Welas, Michelle Ziudith, Erick Estrada, Arif Alfiansyah, Nopek Novian, dan Tora Sudiro. Tentu mesti ada tawaran seputar unsur kedaerahan, dan biasanya tak mengecualikan objek wisata setempat. Namun, persentase eksplorasinya berbeda-beda. Pun demikian dalam film ini.
Ada kalanya memendam mimpi demi orang tersayang, saat orientasi dari prioritas dalam hidup berubah. Begitulah pikir Fifi (Asri), ibu tunggal Diana (Michelle) sekaligus pemilik Homestay Fifi di dataran tinggi Bromo. Keduanya mengelola penginapan beserta jasa transportasi untuk para wisatawan selama di Bromo, bersama dua sopir jip, Nobenk (Erick) dan Senja (Arif), serta seorang pengurus kebersihan penginapan, Dendi (Nopek). Kehidupan mereka senantiasa damai, tenteram, tenang, dan menyenangkan dikelilingi panorama Bromo. Lalu Darma (Tora), seorang tamu yang mengaku sebagai aktor dari Jakarta datang ke tengah-tengah mereka.
Menyoal kehidupan sehari-hari warga di dataran tinggi Bromo adalah pilihan bagus, karena film-film drama komedi dan kisah percintaan dengan konten kedaerahan masih terbilang jarang. Bisa dihitung jari dalam satu tahun saja selalu kurang dari lima. Ada beberapa tantangan di sana, termasuk kefasihan bahasa, dialek, aksen, serta eksplorasi potensi setempat. Misalnya Kejar Mimpi Gaspol! dengan muatan lokal berupa rutinitas harian masyarakat desa, yang merespons keberadaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai pelaku wisata lewat penyediaan sejumlah jasa. Demikianlah tokoh-tokohnya.
Gambar-gambar Kejar Mimpi Gaspol! juga memainkan keindahan panorama kawasan Bromo. Walau sekadar pemandangan alam dalam satu bagian kecilnya. Jangan berharap lebih bakal menyaksikan Suku Tengger, sejumlah kecil tradisi dari kultur setempat, atau menengok pura di sana. Kejar Mimpi Gaspol! benar-benar didominasi hanya oleh unsur pariwisata. Bahkan sedikit berlebihan. Ibarat Notebook atau A Perfect Fit. Hanya saja kedua film tersebut lebih baik dalam hal menyoroti kultur.
Beranjak beberapa langkah kaki dari sana, ada cerita cinta antara pria dan wanita yang rupanya bukan muncul dari para anak muda. Kisah asmara dalam Kejar Mimpi Gaspol! rupanya justru menyoroti dua tokoh tua, Fifi dan Darma. Meski baru kentara belakangan. Sementara itu, tokoh-tokoh lain melenggang mengisi layar atau meramaikan adegan dengan lawakan-lawakan. Pada saat yang sama, pemeran Senja dan Dendi adalah komika. Begitu pula Arie dan Abdur yang menulis skenario. Pun Michelle mengisi peran komedi tipis-tipis. Walau ia dan Asri berhasil memeras air mata pada segmen-segmen ujung dalam rangkaian menuju klimaks.
Sayangnya, penyelesaian akhir atau solusi atas impian dan keinginan terpendam para tokoh Kejar Mimpi Gaspol! masihlah digantungkan ke Jakarta. Seakan, sebagai penduduk Bromo, Fifi dan Diana takkan menjadi siapa-siapa tanpa uluran tangan dari Jakarta sebagai “pemberi jalan keluar”. Simplifikasi solusi yang sudah amat sering ada dalam beragam film yang mengangkat ihwal kedaerahan. Pun kisah cintanya muncul seiring kedatangan Darma sebagai tamu dari Jakarta.
Selain itu, plot pokok atau konflik utama dalam Kejar Mimpi Gaspol! nyaris tidak terlihat. Sekitar 20-an menit awal tertutup adegan-adegan komedi dari interaksi para tokohnya sebagai pelaku wisata di Bromo, berikut beberapa tamu. Menit-menit berikutnya pun diisi pendekatan sang tamu dari Jakarta kepada Fifi. Informasi ihwal pengejaran mimpi dan si pengejar baru muncul saat cerita sudah berjalan lebih dari setengah. Interaksi antarwarga memang penting untuk menunjukkan lingkungan sosial setempat. Namun, lebih penting lagi untuk memperhatikan plot cerita utamanya. Apa masalah yang hendak disajikan, sehingga cerita pun berjalan di seputaran itu.
Kejar Mimpi Gaspol! sekadar menghibur dan renyah untuk ditertawakan bersama, tetapi pemilihan solusinya terlalu menggampangkan serta kurang mengeksplorasi potensi setempat selain soal pariwisata. Sebagai proyek pertama Hasto, Abdur, Sindy, dan Anak Bangsa Berkreasi, Kejar Mimpi Gaspol! agak berlebihan dalam menyajikan komedinya. Visual berupa pemandangan di Bromo pun mestinya bisa sedikit dikurangi, dan dialihkan agar menyoroti bagian-bagian lain dari kawasan Bromo. Karena bila bicara soal pariwisata di sana, areanya bukan hanya padang pasir, spot untuk melihat matahari terbit, dan kawah.