Setiap tahun minimal ada satu film romantis yang dirilis di bioskop ataupun di platform streaming. Yang menarik dari genre romantis ini, meski pada umumnya ceritanya mirip-mirip dan penonton bisa menebak akhir ceritanya, film ini tetap banyak peminatnya dan menarik untuk disimak. Seperti film remaja satu ini, Love at First Sight yang tayang mulai 15 September 2023 di Netflix.
“Apa kau tahu 1 dari 50 hubungan dimulai di bandara?” – Oliver Jones
Love at First Sight bercerita tentang Hadley Sullivan (Haley Lu Richardson) yang terlambat tiba di bandara. Nasib sialnya tersebut rupanya membawa ke takdir berbeda. Ia malah memiliki kesempatan berjumpa dan berkenalan dengan Oliver Jones (Ben Hardy). Mereka satu pesawat menuju London untuk tujuan berbeda. Lalu sebuah kebetulan membuat keduanya bisa duduk bersebelahan. Selama tujuh jam mereka saling mengenal, saling tertarik, kemudian terpisah karena kerumunan.
Sebenarnya nyaris tak ada yang baru dalam film yang merupakan debut Vanessa Caswill sebagai sutradara film panjang ini. Unsur-unsur yang jamak dalam film romantis banyak ditemukan dalam film ini, terutama unsur kebetulannya. Judulnya pun pasaran, jika dicari di situs IMDb akan muncul pilihan film baik film pendek ataupun film panjang yang berjudul sama.
Meski ada banyak unsur kebetulan dalam film ini dan para pemeran utamanya relatif kurang dikenal, film Love at First Sight masih menyimpan potensi di narasi. Hal ini dikarenakan unsur statistik yang kerap dikutip oleh Oliver yang dikisahkan mahasiswa yang menggemari data dan statistik di Yale. Adanya tokoh narator yang muncul sesekali membacakan kisah hidup Hadley seperti yang banyak dijumpai dalam film Wes Anderson, juga sesuatu yang menyegarkan.
Diangkat dari novel remaja The Statistical Probability of Love at First Sight karya Jennifer E. Smith, dialog-dialog yang dilontarkan oleh Hadley sebenarnya fresh, namun entah karena timing-nya yang kurang pas atau cara pembawaannya yang kurang luwes, celetukan-celetukan tersebut malah terasa dipaksakan.
Dari segi visual, skoring, dan kostum terasa standar. Suatu pilihan yang cerdik untuk memasukkan tembang Video Killed the Radio Star dari The Buggles sehingga suasana dalam film menjadi riang dan berwarna.
Ya, selain soal statistik, referensi Shakespeare dan Charles Dickens kiranya yang masih bisa membuat penonton untuk betah menyaksikan film berdurasi 91 menit ini. Selain ya, karena faktor ingin menyaksikan tontonan yang baru dan ringan.
Film Love at First Sight bukan jenis tontonan romantis yang bakal membekas di benak seperti (500) Days of Summer, La La Land, dan The Lake House. Meski demikian film ini setidaknya akan bisa membuat kalian rileks dan tersenyum.
setuju narasi film ini witty and catchy……di luar itu common sudah resep romcom nya malah terasa holish banyak hal di luar nurul ……
anyway salam kenal . love your website .
keep it up to date please
Hehehe formula dan penutupnya sudah bisa ditebak. Yang asyik di sini adalah dialognya, meski kadang-kadang kurang berhasil. Terima kasih Howie atas tanggapannya.