Peppermint (2018)
101 min|Action, Thriller|07 Sep 2018
6.5Rating: 6.5 / 10 from 71,355 usersMetascore: 29
Five years after her husband and daughter are killed in a senseless act of violence, a woman comes back from self-imposed exile to seek revenge against those responsible and the system that let them go free.

Film aksi thriller Pepermint digarap oleh Pierre Morrel yang juga menggarap film aksi sejenis, yakni Taken. Berperan sebagai sang protagonis adalah Jennifer Garner, didukung oleh John Ortiz dan John Galagher Jr. Di antara kisah film “sang penegak keadilan” yang sudah sangat membludak, termasuk seri Taken, The Equalizer, The Brave One, hingga remake Death Wish, Peppermint rasanya sulit menawarkan ruang baru bagi subgenrenya.

Lima tahun berselang setelah sang suami dan putri cilik dari Riley North ditembak secara brutal. Tak ada lagi keadilan hukum bagi Riley di kota yang korup ini. Sang ibu yang kini bermodal kemampuan bela diri tinggi serta kemahirannya menggunakan senjata api, membalas dendamnya pada satu kelompok kartel paling ditakuti di seluruh kota yang bertanggung jawab atas kematian keluarganya. Satu demi satu, dari bawahan hingga sang bos, Riley membalaskan dendamnya dengan persiapan matang melalui aksinya yang sadis dan brutal.

Plot sejenis sudah terlalu banyak dan apa yang ditawarkan dalam plotnya sudah tak lagi mampu memberi kejutan apapun. Penikmat film sejati dijamin bakal bosan dan lelah hingga rasa kantuk pun menyapa. Baik kisah maupun aksinya tak lagi menggigit, sekalipun sang bintang sudah bermain maksimal. Morrel yang sudah fasih betul dengan subgenre ini, sungguh amat mengherankan tak mampu mengolah alur kisah dan aksinya dengan baik dan segar. Dengan latar kisah minim, bagaimana Riley melatih kemampuannya, film ini semata hanya mengandalkan aksi sadis dan brutal pada semua segmen aksinya.

Baca Juga  The Green Knight

Dari puluhan aksi-thriller sejenis, tak ada lagi sesuatu yang baru ditawarkan oleh Peppermint.  Penampilan Jennifer Garner yang apik pun, tak mampu menolong salah satu film terburuk tahun ini. Skema untuk membuat film seri aksi “Liam Nesson” perempuan jelas gagal total. Jika ingin melihat perempuan penegak keadilan sejenis yang jauh lebih berkualitas, Anda bisa menonton kembali The Brave One yang dibintangi Jodie Foster.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
20 %
Artikel SebelumnyaDapatkan Buku MEMAHAMI FILM Edisi 2!
Artikel BerikutnyaBisikan Iblis
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Meskipun banyak genre film seperti ini, bagi saya tetap menarik dan menghibur.
    Film bagi saya adalah hiburan.
    Saya suka banget Montase film dengan ulasannya yang rapi detail menarik dan cerdas.
    Tanks.
    Sidoarjo JATIM

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.