Episode dated 8 March 2000 (2000)
N/A|News|08 Mar 2000
Rating: Metascore: N/A
N/A

Seribu kisah tentang Santa Clause, dijamin belum pernah ada yang unik seperti dalam film ini. Fatman adalah film aksi, komedi, fantasi garapan duo sineas bersaudara Eshom dan Ian Nelms yang dibintangi aktor besar, Mel Gibson, Walton Goggins, serta Marianne Jean-Baptiste. Film berbujet US 30 juta ini memadukan banyak genre yang rasanya belum pernah dieksplor banyak dalam medium film. Tone filmya juga bahkan mirip-mirip film kriminal buatan Tarantino. Amat menarik.

Alkisah bocah cilik nakal, Billy Wenan adalah anak seorang milyuner yang layaknya orang dewasa bisa bertindak kejam dan brutal. Hanya karena tidak menang dalam lomba science di sekolah, sang bocah sampai menyewa pembunuh bayaran agar semua berjalan seperti yang ia inginkan. Suatu ketika, setelah lewat malam natal, sang bocah mendapati hadiah dari Santa Clause berupa bongkahan batu bara yang amat merendahkan martabatnya. Ia pun kembali menyuruh pembunuh bayaran andalannya, kali ini untuk membunuh Santa Clause.

Dari ringkasan cerita, sudah tampak aneh kan? Kisah macam ini lazimnya dibuat dalam format animasi tapi film ini mampu menyajikan dan memadukan banyak elemen yang berseberangan dalam satu kesatuan yang amat memikat dan berkelas. Gelagat aneh sudah tercium sejak awal hingga penonton mampu dibuat demikian penasaran dalam banyak momen adegannya. Siapa Chris Cringle, si orang tua gendut ini sebenarnya? Semua serba mengejutkan dan baru, serta uniknya, film ini disajikan dalam tone yang real. Dijamin, tak bakal ada orang yang mengira film ini adalah fantasi. 100%. Banyak sekali hal yang bisa dibincangkan tapi tentu menganggu kenikmatan bagi Anda yang belum menonton.

Baca Juga  Resistance

Akibat kombinasi genrenya yang aneh, banyak momen adegannya pun menjadi amat segar. Kalian pasti akan tergelak melihat bagaimana sang bocah mengintimidasi rekan sekolahnya bak mafia kelas kakap. Tak ada elemen estetik komedi di sini. Semua disajikan layaknya genre kriminal berkelas dari pengadeganan, baik dialog, akting, hingga pencahayaan. Duel klimaks, siapa yang menyangka disajikan ala western konvensional antara the good & the bad, lagi-lagi dengan tone serius. Satu yang mencuri perhatian justru bukan malah Gibson, namun adalah Walton Goggins. Sosok pembunuh yang diperankan Goggins adalah yang menjadi ruh film ini dengan karakternya yang dingin, keji, dan brutal, namun di saat bersamaan juga mampu memancing tawa kita.

Fatman adalah satu film aksi komedi fantasi segar dengan kisah unik yang mengkombinasi sisi mitos, aksi, komedi, kriminal, tema keluarga, bahkan hingga politik. Satu perpaduan genre yang aneh bukan? Pesan konvensional filmnya pun masih tersampaikan dengan baik di ending filmnya. Fatman tidak hanya bisa menghibur, namun juga membuktikan jika medium film masih mampu dieksplorasi lebih jauh dengan memadukan banyak elemen genrenya, baik dari sisi cerita maupun estetik. Mari, jangan lewatkan tontotan berkelas ini.

Stay safe and Healthy!

https://www.youtube.com/watch?v=WjBjUF4Tb_k

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaLove and Monsters
Artikel BerikutnyaBuku Harianku
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.