News of the World (2020)
118 min|Action, Adventure, Drama|25 Dec 2020
6.8Rating: 6.8 / 10 from 97,052 usersMetascore: 73
A Civil War veteran agrees to deliver a girl taken by the Kiowa people years ago to her aunt and uncle against her will. They travel hundreds of miles and face grave dangers as they search for a place that either can call home.

News of the World merupakan film petualangan- western yang diarahkan oleh sineas kawakan Paul Greengrass. Sang sineas kita kenal melalui film-filmnya yang sukses secara kritik dan komersial, yakni United 93, seri Jason Bourne, hingga Captain Phillips. Kini, ia berkolaborasi kembali bersama aktor Tom Hanks, dengan didampingi aktris belia Helena Zengel. Film berbujet USD 30 juta ini diproduksi oleh Warner Bros. dan didistribusikan secara internasional melalui Netflix. So, apakah film ini bakal melenggang ke ajang Academy Awards seperti halnya Captain Phillips?

Filmnya ber-setting cerita pasca era perang sipil di Amerika yang dimenangkan oleh pihak utara (The Union). Kapten Kidd (Hanks) adalah mantan prajurit konfederasi (selatan) yang kini berpetualang dari satu kota ke kota lainnya untuk tampil di panggung membacakan surat kabar terbaru dengan imbalan satu koin receh dari tiap penonton. Dalam satu perjalanan, Kidd bertemu dengan seorang anak perempuan berkulit putih, Johanna, yang sejak kecil rupanya diasuh oleh suku Indian Kiowa. Kidd lalu membawa Johanna ke otoritas, namun tidak hingga beberapa bulan petugas berwenang bisa menangani kasus ini. Akhirnya Kidd rela mengantarkan sang bocah ke keluarga aslinya melalui perjalanan yang penuh bahaya dan rintangan di alam barat yang liar.

Premisnya memang unik walau dikemas dalam satu kisah perjalanan yang sudah umum di genrenya. Seperti halnya kisah “roadmovies” kebanyakan, chemistry antar tokohnya terjalin secara sabar sejalan dengan pengembangan kisahnya yang semakin menguatkan ikatan mereka. Tak ada kejutan istimewa dalam proses kisahnya dengan ending yang tak sulit ditebak oleh penikmat film sejati. Kisahnya yang sederhana dan konvensional, tertolong oleh penampilan dominan kedua tokohnya. Hanks dan Zengel mampu menjalin chemistry yang demikian menarik, sekali pun di awal cerita, tanpa banyak menggunakan dialog. Ending-nya pun cukup menyentuh sekalipun tidak lagi mengejutkan.

Baca Juga  Dune

Dari gaya estetik sang sineas, ada satu hal yang jauh di luar kebiasaan. Greengrass yang biasa menggunakan teknik handheld camera (shaky cam) dalam nyaris semua filmnya, kali ini secara mengejutkan menggunakan teknik kamera yang lebih konvensional, senada dengan kisahnya. Di bawah kendali tangan emas, sinematografer kawakan Darius Wolsky, semua komposisi gambar dalam filmnya begitu terukur dan rapi. Jarang sekali dalam film-film karya Greengrass, kita bisa menikmati panorama yang demikian nyaman seperti ini. Setting kota yang “gelap dan kumuh” juga disajikan dengan sangat meyakinkan mewakili sensasi nuansa barat yang suram dan  liar.

Dengan penggunaan gaya estetik di luar kebiasaan sang sineas, News of the World adalah “road-movies” ber-setting western dengan premis segar, hanya saja penampilan dua bintang utamanya lebih dominan ketimbang kisahnya sendiri yang konvensional. Film ini jauh dari kata buruk, namun jelas sulit menandingi pencapaian Captain Phillips. Dari sisi akting pun, Hanks tak tampil seistimewa sebelumnya. Film ini juga menyisipkan nuansa politik yang kental, pertikaian antara pihak utara (Republik) dan selatan (Demokrat), yang hingga kini masih terasa gaungnya. Sekali pun, kisah film ini berusaha netral dan tidak memihak keduanya.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBlack Box
Artikel BerikutnyaOutside the Wire
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.