Seberapa kuatkah seseorang mampu bertahan dan berjuang di tanah perantauan? Baik untuk bekerja maupun menuntut ilmu, dalam kondisi jauh dari ayah dan ibu. Film Rentang Kisah ini adalah adaptasi dari buku berjudul sama karya Gita Savitri Devi. Melalui arahan sekaligus skenario yang dikerjakan oleh Danial Rifki. Kisahnya sendiri adalah seputar masa-masa perjuangan sang penulis selama berkuliah di Jerman (dan hal-hal lainnya). Kerja sama antara Falcon Pictures, Film Base Berlin, dan Mata Hari Media memproduksi film bergenre drama keluarga ini bersama sejumlah pemain, di antaranya Beby Tsabina, Donny Damara, Cut Mini Theo, Ciara Nadine Brosnan, Juan Bione Subiantoro, Rigen Rakelna, dan Aci Resti.

Krisis moneter menyebabkan PHK massal di sepenjuru negeri. Akibatnya, seorang gadis kecil bernama Gita (Izzati Khansa) harus terpisah dari sang ayah (Donny Damara) hingga berhasil menuntaskan studinya di Jerman. Hari-hari yang berlalu pascakrisis pun tak lantas mudah. Kedua orang tua Gita harus sekuat tenaga bangkit dari keterpurukan agar mampu membiayai kuliah putri mereka (Beby Tsabina) ke luar negeri. Segala sesuatu tampak berjalan lancar dan biasa-biasa saja, sampai sebuah gelombang yang menyapu kehidupan keluarga kecil itu memaksa mereka berjuang lebih keras lagi. Terutama bagi Gita, yang baru kali pertama merasakan pengalaman berhadapan dengan gelombang kesulitan mahasiswa rantauan di luar negeri, tanpa ada sosok keluarga yang menemani.

Tak lepas dari catatan sang sutradara sendiri, Rentang Kisah lagi-lagi menunjukkan ciri khas film-film arahannya selama ini dengan konten yang kental dengan perkara-perkara religiusitas. Salah satu yang masih segar di ingatan adalah 99 Nama Cinta. Malahan, ada bagian khusus yang dengan berani menyuarakan problematika keagamaan terkini. Walau pada saat yang sama terasa begitu verbal juga.

Sebagaimana lazim ditemui pada banyak film adaptasi (terutama dari buku), pasti telah terjadi pemotongan bagian di sana-sini. Lompatan-lompatan pemotongan itu akan langsung bisa dirasakan di beberapa transisi adegan dalam Rentang Kisah. Meski memang akan menimbulkan sejumlah keadaaan yang serba tiba-tiba. Adakalanya yang seperti ini dapat dimaklumi, karena sesekali alurnya masih bisa diantisipasi dengan baik oleh dugaan-dugaan dari penonton. Salah satunya seperti pertemuan antara teman kuliah sang tokoh utama dengan geng laki-lakinya, yang ujug-ujug sudah akrab satu sama lain tanpa ada perkenalan sama sekali.

Namun selain aspek adaptasi buku ini, yang perlu diperhatikan juga adalah adanya unsur biografi di sana. Seperti yang telah lama diketahui selama ini, genre biografi dalam film atau biopic sangat erat kaitannya dengan sosok-sosok panutan, tokoh terkenal, orang-orang berpemikiran kontroversial ataupun visioner, para penemu atau pula pengusaha besar. Tak pernah terlintas ada nama seorang penulis buku yang bahkan awam di telinga pencinta buku itu sendiri, dengan kisah hidup perkuliahan di luar negerinya difilmkan.

Baca Juga  Perjanjian dengan Iblis

Beruntung, unsur biografi ini tak dibuat mendominasi. Sebab bila sampai cerita filmnya melulu tentang seorang Gita Savitri, maka bisa dipastikan nilai Rentang Kisah akan terjun bebas ke jurang. Bagaimanapun, sang penulis buku yang menjadi sumber cerita film ini bukanlah seseorang yang dikenal luas oleh setiap lapis khalayak perfilman maupun perbukuan di negeri ini. Kasus terbaru yang masih hangat di ingatan seperti #TemanTapiMenikah 1 dan 2 saja, pasangan tokoh utama yang diceritakan telah dikenal luas oleh para penikmat seni atau sekadar penonton layar kaca.

Kendati mengandung campuran beragam genre seperti komedi dan roman, namun aspek drama keluarganya sendiri masih lebih kental. Tak hanya itu, untuk mendukung dinamika berkuliah merantau ke luar negeri, suasananya tak jauh-jauh dari perkara bahasa (khususnya Jerman) dan persahabatan antarsesama mahasiswa Indonesia. Bahkan ada satu hal yang jarang bisa dijumpai dalam film lain ada dalam Rentang Kisah, yakni kesulitan ekonomi beberapa mahasiswa rantauan dalam satu kelompok yang sama, sampai-sampai mengharuskan mereka bekerja sembari kuliah juga dalam satu tempat kerja yang sama.

Mengesampingkan kualitas pemain-pemain lama, akting para anak mudanya tak kalah mumpuni, terutama Beby Tsabina dan Juan Bione Subiantoro. Malahan, akting Juan Bione Subiantoro lebih baik dalam film ini ketimbang saat bermain di Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Film ini semakin berwarna dengan momen renyah dan tawa sederhana, saat bersama teman-teman laki-laki satu geng mereka dalam beberapa kali penampilan singkat. Apalagi dengan kehadiran dua orang komika beserta ciri khas gaya komedinya, yakni Rigen Rakelna dan Aci Resti.

Menjelang penutupan film, agaknya Rentang Kisah memang tak ingin membiarkan penontonnya bersantai sejenak karena berpikir tidak ada pengolahan naratif ataupun sinematik lagi. Nyatanya, masih ada pengambilan gambar dengan durasi yang begitu lama untuk mengeksplorasi tempat tinggal ayah Gita selama berada di Amerika, momen kebersamaan mereka kembali setelah bertahun-tahun, kondisi kelelahan sang ayah, kesedihan Gita melihat kerja keras yang telah menggerogoti kesehatan ayahnya, yang dicampur-baurkan dan bertumpukan jadi satu waktu.

Rentang Kisah merentangkan cerita perjuangan bertahan hidup di negeri orang, untuk sebisa mungkin bangkit dari dampak krisis moneter walaupun harus jauh dari keluarga. Penuturan yang memang menjadikan film ini terasa apa adanya, tapi juga membuka celah bagi penonton mudah menebak kelanjutan ceritanya. Tak banyak disangka, bahwa biopic bisa juga berangkat dari kisah hidup seseorang yang tak semua orang mengenalnya. Kendati pada saat yang sama pula, Rentang Kisah yang sarat unsur religiusitas khas sang sutradara –seperti biasa—mengajari langkah-langkah menemukan solusi dan menyelesaikan masalah lewat cara-cara yang Islami banget.

PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaBlack Bear
Artikel BerikutnyaGenerasi 90-an Melankolia
Miftachul Arifin lahir di Kediri pada 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com. Pernah pula menjadi kontributor terpilih kategori cerpen lomba Sayembara Goresan Pena oleh Jendela Sastra Indonesia (2017), Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), Penulis Terpilih lomba Cipta Puisi 2018 Tingkat Nasional oleh Sualla Media (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story And Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alterna􀆟f yang diterbitkan secara selfpublishing. Selain itu, juga menjadi salah seorang penulis top tier dalam situs web populer bertema umum serta teknologi, yakni selasar.com dan lockhartlondon.com, yang telah berjalan selama lebih-kurang satu tahun (2020-2021). Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam bidang kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, telah aktif menulis hingga puluhan ulasan Film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Agustinus Dwi Nugroho.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.