Setelah merilis salah satu kisah Batman terbaik, Batman: The Long Halloween Part 1 & 2, kini Warner Bros Animation merilis Injustice dengan segudang superhero-nya. Injustice adalah film animasi DC yang diadaptasi dari video game populer berjudul sama yang diarahkan oleh Matt Peters. Seperti kebanyakan film animasi DC home video yang berkualitas tinggi, apakah Injustice mampu sejajar dengan film-film lainnya?
Alkisah di salah satu semesta paralelDC, yakni Earth-22, Joker yang bosan bermain dengan Batman di Kota Gotham, kini beralih ke Kota Metropolis. Tak tanggung-tanggung, Joker ternyata memiliki rencana besar untuk Superman. Sang pacar, Lois Lane yang kini tengah hamil muda, berhasil diculik oleh Joker dan Harley Quinn. Joker ternyata menanam pemicu bom nuklir di jantung Lois, ketika berhenti maka Kota Metropolis akan musnah. Dengan cara yang licik, Joker berhasil memperdaya Superman dan tanpa sengaja ia membunuh Lois, dan tentunya pula satu kota Metropolis musnah oleh bom nuklir. Superman pun dengan amarahnya membalas tuntas dendamnya. Peristiwa ini membuatnya muak dengan semua bentuk kejahatan akan diancam dibunuh bagi semua individu yang melakukan. Batman yang melihat aksi kelewat batas ini akhirnya membentuk tim untuk menghalangi niat Superman.
Premisnya memang sangat menarik, khususnya untuk penikmat superhero DC. Sosok Batman yang selama ini kita kenal dengan prinsip dan idealismenya yang seringkali diuji oleh Joker adalah satu tradisi panjang yang menjadikan sosok Batman adalah seorang BATMAN. Tapi kini, ketika ujian tersebut diberikan oleh Superman, akankah ia kuat menerimanya? Ini yang menjadi premis besar kisahnya, dan Superman bukanlah Batman. Itikad baik belum tentu berujung pada tindakan baik. Superman lepas kontrol dengan menggunakan kekuatannya untuk memaksakan kehendaknya. Aksi membunuh, yang menjadi satu kode etik tertinggi para superhero yang tidak boleh dilanggar anggota Justice League, kini telah diberangus Superman. Konflik batin dan fisik antara Batman dan Superman inilah yang menjadi satu tontonan menarik. Batman punya otak, namun Superman punya otot.
Sayangnya, premis menarik ini tidak mampu disokong oleh pengembangan kisah yang solid. Satu sebabnya adalah sosok superhero yang jumlahnya kelewat banyak (seperti permainan video-nya). Beberapa superhero besar ikonik DC pun terasa hanya lewat begitu saja dengan peran yang sama sekali tak penting. Sosok-sosok besar tumbang pun berjatuhan tanpa ada ikatan emosional kuat dengan penonton. Premis menarik, mulai luntur dengan pengembangan kisahnya yang lemah. Klimaks pun terasa menjadi antiklimaks. Sang antagonis juga tidak mendapat pembalasan yang setimpal dengan aksinya, dengan penyelesaian yang begitu cepat dan mudah.
Injustice menyajikan kisah superhero DC adaptasi video game dengan pengembangan kisah yang tak menjanjikan seperti premisnya. Tribute untuk video game-nya juga digunakan dalam menyajikan aksi “fatality” sosok Superman ketika menghajar musuhnya dengan gayanya yang khas. Secara keseluruhan aksinya memang sangat menghibur, tapi untuk apa jika tidak memiliki kisah yang kuat. Premisnya sebenarnya mampu dibuat lebih menarik dan intens dengan fokus mengangkat konflik personal antara Batman dan Superman. Injustice terbukti gagal untuk mengimbangi kualitas film-film animasi DC sebelumnya. Namun setidaknya, kisah film ini masih jauh lebih baik dari sebagian besar film DCEU versi bioskopnya.