Okay! Madam adalah film komedi aksi produksi Korea Selatan yang digarap oleh Le Chul-ha. Film yang dirilis Agustus lalu ini merupakan film laris pertama di Korea Selatan pada masa pandemi yang menembus satu juta penonton hanya dalam waktu 8 hari. Film ini dibintangi beberapa nama populer, sebut saja Uhm Jung-hwa, Park Sung-wo, Lee Sang-hoon, Lee Sun-bin, hingga Kim Hye-eun. Apakah film Korea ini mampu menawarkan lagi sesuatu yang baru untuk genrenya?

Mi-young dan Seok-hwan adalah pasangan pekerja kelas bawah bersama putri kecil mereka. Suatu ketika, mereka mendapatkan undian tiket liburan ke Hawaii. Niat Mi-young yang awalnya ingin menjual tiket tersebut akhirnya pupus setelah melihat sang putri yang selama ini hidup jauh dari kata mewah dan selalu diejek rekan-rekannya. Dalam perjalanan pesawat, tanpa diduga aksi terorisme terjadi yang memaksa Mi-young untuk memperlihatkan identitas masa lalunya sebagai seorang agen rahasia yang handal.

Seperti sudah menjadi tradisi film-film Korea Selatan, eksplorasi terhadap plot Hollywood tak ada henti-hentinya merela lakukan dengan cara dan gaya yang amat menyegarkan. Kali ini plot “Die Hard” yang sudah dieksplorasi banyak film, berhasil dikemas dalam bentuk komedi aksi yang menghibur. Satu aspek yang menjadi penopang kokoh kisahnya adalah elemen kejutan. Sejak babak kedua hingga akhir, penonton disuguhi kejutan demi kejutan yang sulit untuk diantisipasi karena teralihkan oleh sisi komedi yang lebay khas “film Korea”. Penonton dijamin tak akan bosan melihat polah dan aksi para karakternya dengan twist cerita yang terus muncul sepanjang film. Kasting utama pun yang berjumlah belasan orang nyaris tanpa cacat dalam memainkan perannya.

Okay! Madam adalah sebuah komedi ringan dengan eksplorasi segar dari plot “Die Hard” yang penuh dengan kejutan sepanjang kisah filmnya. Saya tak habis pikir dengan industri film Korea, bagaimana mereka mampu menjaga kontinuitas kualitas filmnya dengan film-film yang selalu menampilkan sesuatu yang baru dan segar dalam waktu yang relatif singkat. Tak bisa dipungkiri, Okay! Madam adalah salah satu eksplorasi plot “Die Hard” yang paling memuaskan dalam dua dekade belakangan.

Baca Juga  3 – Iron, Antara Mimpi dan Realita

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaThe New Mutants
Artikel BerikutnyaCome Play
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.