Come Play (2020)
96 min|Drama, Horror, Mystery|30 Oct 2020
5.7Rating: 5.7 / 10 from 17,553 usersMetascore: 58
A monster named Larry manifests itself through smart phones and mobile devices. Feature film version of the 2017 short film.

Come Play adalah film horor yang ditulis dan digarap oleh sineas debutan Jacob Chase. Film berbujet U$ 9 juta ini dibintangi oleh nama-nama yang belum terlalu familiar, seperti Gillian Jacobs, John Gallagher Jr. , serta aktor cilik Azhy Robertson. Uniknya, Come Play diadaptasi dari film pendek yang juga digarap sang sineas yang berjudul Larry. Apakah sineas debutan ini mampu menyajikan sesuatu yang baru dalam filmnya?

Oliver adalah seorang bocah autis yang tinggal bersama ibunya dan sang ayah yang bekerja sebagai tukang tiket parkir untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Oliver tak bisa lepas dari telepon genggamnya yang juga ia gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain, baik di rumah maupun di sekolah. Ia pun memang tak punya teman dan sering menyendiri. Suatu ketika, satu hal aneh terjadi ketika layar hpnya menyajikan gambar monster aneh yang setelahnya mulai mengusik kehidupan Oliver.

Plot horor macam ini memang sudah tak asing untuk genrenya. The Babadook rasanya adalah komparasi ideal untuk menyajikan hubungan tak biasa antara Ibu dan putranya, atau lebih jauh lagi film masterpiece, The Shinning. Come Play pun, inti kisahnya menyajikan hal yang sama, hanya saja skala kisahnya sedikit meluas ke orang-orang di sekitar Oliver. Alur kisahnya pun tak banyak kejutan berarti dan tak sulit diduga arahnya. Satu segmen adegan horor ketika rekan-rekan Oliver bermalam di rumahnya, mampu disajikan sangat impresif, namun sayangnya pengembangan cerita tidak mengarah ke pemain-pemain cilik ini. Justru plotnya semakin menyempit antara Oliver dan ibunya. Tak buruk memang, namun setelahnya menjadi terasa terlalu familiar walau ending-nya amat menyentuh dan jarang kita jumpai dalam film horor sejenis.

Baca Juga  The Secret Life of Pet 2

Walau tak bisa dibilang segar, unsur penggunaan gadget untuk menyajikan sisi horornya terbilang lumayan dalam beberapa momen. Sang monster yang hanya bisa terlihat melalui layar hp membuat sineas tentu mudah untuk memainkan sisi ketegangan melalui jump scare. Pencapaian film ini jelas tidak buruk untuk seorang sineas debutan. Tiga pemain utamanya juga bermain sangat baik, khususnya pemeran Oliver (Robertson) dan sang ibu (Jacobs). Sayang, rekan-rekan Oliver tidak dieksplorasi lebih jauh karena mereka semua bermain sangat luwes.

Come Play menggunakan elemen cerita horor familiar dengan penggunaan unsur gadget sebagai media pemicu ketegangan, walau tak banyak menampilkan jump scare segar dan mengigit. Pesan keluarga dan kehangatan kasih sayang masih merupakan poin utama seperti kebanyakan film horor lainnya. Poin lainnya jelas adalah efek punggunaan hp berlebihan yang tak bagus buat anak-anak. Kita sudah banyak melihat dalam keseharian, bagaimana komunikasi dunia maya mulai menggantikan komunikasi langsung tatap muka. Larry hanyalah merupakan manifestasi komunikasi sejenis yang kini telah merasuk ke generasi muda masa kini. Beware.

Stay safe and Healthy!

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaOkay! Madam
Artikel BerikutnyaGreenland
Hobinya menonton film sejak kecil dan mendalami teori dan sejarah film secara otodidak setelah lulus dari studi arsitektur. Ia mulai menulis artikel dan mengulas film sejak tahun 2006. Karena pengalamannya, penulis ditarik menjadi staf pengajar di Akademi Televisi dan Film swasta di Yogyakarta untuk mengajar Sejarah Film, Pengantar Seni Film, dan Teori Film sejak tahun 2003 hingga tahun 2019. Buku film debutnya adalah Memahami Film (2008) yang memilah seni film sebagai naratif dan sinematik. Buku edisi kedua Memahami Film terbit pada tahun 2018. Buku ini menjadi referensi favorit bagi para akademisi film dan komunikasi di seluruh Indonesia. Ia juga terlibat dalam penulisan Buku Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3 serta 30 Film Indonesia Terlaris 2012-2018. Ia juga menulis Buku Film Horor: Dari Caligari ke Hereditary (2023) serta Film Horor Indonesia: Bangkit Dari Kubur (2023). Hingga kini, ia masih menulis ulasan film-film terbaru di montasefilm.com dan terlibat dalam semua produksi film di Komunitas Film Montase. Film- film pendek arahannya banyak mendapat apresiasi tinggi di banyak festival, baik lokal maupun internasional. Baru lalu, tulisannya masuk dalam shortlist (15 besar) Kritik Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2022. Sejak tahun 2022 hingga kini, ia juga menjadi pengajar praktisi untuk Mata Kuliah Kritik Film dan Teori Film di Institut Seni Indonesia Yogyakarta dalam Program Praktisi Mandiri.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.