The Huntsman: Winter's War (2016)

114 min|Action, Adventure, Drama|22 Apr 2016
6.1Rating: 6.1 / 10 from 121,062 usersMetascore: 35
Eric and fellow warrior Sara, raised as members of ice Queen Freya's army, try to conceal their forbidden love as they fight to survive the wicked intentions of both Freya and her sister Ravenna.

Sukses komersil Snow White and The Huntsman yang boleh dikata tidak fenomenal rupanya cukup membuat studio pembuatnya memproduksi sekuelnya. Tidak seperti sebelumnya, kisahnya kali ini terfokus pada karakter The Huntsman, Eric, yang saya pikir semua orang tahu kenapa karakter yang diperankan Chris Hemsworth ini yang diangkat. Walau minus karakter Snow White yang dulu diperankan Kirsten Stewart namun film ini masih menyisakan nama besar, Charlize Theron, untuk peran yang sama, ditemani pendatang baru seperti Emely Blunt, Jessica Chastain, plus Liam Nesson yang bertindak sebagai narator. Sepertinya nama-nama ini bakal menjanjikan namun faktanya jauh dari harapan.

Sejak tewasnya ratu jahat Ravenna, Snow White, sang ratu baru gelisah karena cermin ajaib yang mengandung kuasa gelap mendadak hilang dan ia memerintahkan Eric untuk mencarinya. Eric sendiri mempercayai jika adik Revenna, Freya, amat ingin memiliki cermin tersebut untuk kepentingannya. Dalam perjalanan Eric yang ditemani dua orang dwarf bertemu dengan mantan kekasihnya, Sara, yang ia pikir telah tewas. Bersama-sama, mereka mencari cermin tersebut sebelum jatuh ke tangan Freya.

Sangat luar biasa. Satu kalimat ini menggambarkan kisahnya yang amat memaksa. Ceritanya yang bersembunyi dibalik tema besar “love conquers all” berjalan datar dan amat mudah diantisipasi (ditebak) sejak awal. Sepertinya bukan pemain bintang yang mengikuti alur cerita namun sebaliknya adalah cerita mengikuti sosok pemain bintangnya. Sosok Hemsworth yang sukses dengan peran Thor jelas menjadi nilai jual utama filmnya. Hasilnya adalah sebuah kisah dongeng yang dibuat-buat dengan pesan dangkal dan alur yang membosankan. Unsur komedi pun garing sekali. Bahkan sekuen aksi (plus CGI) yang mestinya menjadi pendukung juga sama sekali tidak mampu mengangkat filmnya.

Baca Juga  Palmer

The Huntsman: Winter’s War adalah sebuah sekuel dangkal yang semata menjual nama-nama besar pemainnya. Efek visual sebaik apapun kadang tidak akan mengangkat filmnya dan film ini adalah satu contoh yang sempurna. Cinta menjadi menu utama film ini. “Cinta mengalahkan segalanya”, “cinta penuh dengan pengkhianatan” serta beberapa frase “cinta” lainnya yang kerap diucapkan tokoh-tokohnya. Sayangnya seberapa banyak cinta yang diusung tidak akan mampu menyelamatkan film ini dari kegagalan kritik dan rasanya juga komersil.

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
40 %
Artikel SebelumnyaThe Jungle Book
Artikel BerikutnyaUpdate: The Jungle Book 2 & Fast 8
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.