Ketika melihat poster film ini terdapat nama sineas gaek, Rob Cohen “From The Director of the Fast and Furious”. Jelas kita tak perlu berekspektasi lebih terhadap filmnya. Bukan sineas yang membuat film ini menarik perhatian, namun adalah kombinasi genrenya, bencana dan aksi pencurian. Satu kombinasi yang jarang sekali ditemui dalam film. Rasanya terakhir kali, film sejenis yang terbilang agak lumayan adalah Hard Rain (1998) yang kisahnya pun juga sedikit mirip. Dengan bujet produksi yang besar (US$ 35 juta) untuk level studionya, ternyata hanya mampu menggaet bintang-bintang kelas dua, yakni Tobby Kebbel dan Maggie Grace. Usaha yang dilakukan Cohen untuk memaksimalkan filmnya dengan bermodal semua ini bisa dibilang tidak buruk, khususnya bagi penikmat genrenya.
Kisah film dibuka dengan cukup baik menghantarkan penonton ke dalam situasi bencana angin besar yang sangat membuat kita tidak nyaman di tempat duduk. Kita tahu, dua tokoh cilik ini bakal menjadi tokoh sentral filmnya kelak. Kisah pun bergulir. Satu kota kecil di pinggir pantai dievakuasi total karena badai besar akan melanda, tak terkecuali bank pemerintah yang memiliki simpanan ratusan juta dollar. Satu plot aksi pencurian yang direncanakan matang di tengah-tengah badai terbesar sepanjang sejarah, dihalangi oleh satu agen perempuan dan dua kakak-beradik yang trauma dengan masa lalunya. Kita tahu apa yang akan terjadi sepanjang sisa filmnya bukan?
Film bertema plot “Die Hard” macam ini memang selalu menarik perhatian. Alur plot aksi yang menerus tanpa jeda berarti, plus suara angin ribut tanpa henti di luar sana membuat situasinya menjadi semakin mengasyikan. Babak awal kisahnya sebenarnya amat menarik, sebelum aksi-aksi tak masuk akal mulai muncul. Ya memang, buat apa kita berpikir logika untuk film macam ini, namun beberapa aksi yang disajikan memang sungguh tak masuk akal dan mengabaikan logika ceritanya sendiri. Badai sekencang itu dengan benda-benda yang beterbangan, bagaimana mungkin masih bisa terpikir untuk memanjat menara komunikasi setinggi itu? Bisa jadi ini bukan masalah bagi kebanyakan penonton tapi setidaknya bisa dicari alternatif plot yang lebih masuk akal sedikit. Adegan klimaks film yang amat di luar nalar sudah menjawab segalanya.
The Hurricane Heist merupakan kombinasi genre langka yang sayangnya kisahnya juga seburuk badai dalam filmnya. Satu hal memang patut dipuji dari sisi pencapaian aksi dan visual yang rasanya tidak mudah untuk membangun adegan dalam situasi berangin terus menerus. Dengan naskah yang lebih baik rasanya film ini bisa memiliki potensi lebih. Sayang sekali. Bagi penikmat genrenya, dengan sedikit mengabaikan kualitas cerita, tak ada salahnya menonton film ini. Gemuruh angin kencang plus suara rentetan senjata yang menggema adalah kombinasi yang amat jarang kita lihat dan dengar dalam gedung bioskop.
WATCH TRAILER