Movie Poster

Sutradara: Guy Ritchie
Produser: John Davis/Steve-Clark Hall/ Lionel Wigram/Guy Ricthie
Penulis Naskah: Lionel Wigram/Guy Ricthie
Pemain: Henry Cavill/Armie Hammer/Alicia Vikander/Hugh Grant
Sinematografi: John Mathieson
Editing: James Herbert
Ilustrasi Musik: Daniel Pemberton
Studio:Ricthie/Wigrams Productions / David Entertainment
Distributor: Warner Bros
Durasi: 116 menit
Bujet: US$ 75 juta

The Man from U.N.C.L.E adalah film komedi aksi spionase yang diadaptasi dari serial tv yang populer di tahun 60-an. Hal yang menarik sebenarnya bukan adaptasinya melainkan adalah sineas pembuatnya. Guy Ricthie di awal karirnya memproduksi salah satu komedi kriminal terbaik yang pernah ada, yakni, Lock Stock Smocking Barrel (1998) dan Snatch (2000). Dua filmnya yang sukses komersil, Sherlock Holmes (2009) dan Sherlock Holmes: Games of Shadows (2011) belum mampu menyamai dua film di awal karirnya.

Napoleon Solo (Cavill), agen Amerika harus bekerja sama dengan Iilya Kuryakin (Hammer) untuk menyelamatkan dunia dari ancaman bom nuklir. Mereka berdua bekerja sama pula dengan Gabi Teller (Vikander) yang ayahnya menjadi kunci dalam pembuatan bom tersebut. Singkatnya kisahnya begitu. Plotnya sebenarnya menjanjikan sesuatu yang lebih, sesuai dengan karakter plot film-film Ritchie, bertempo cepat, terdapat multi karakter (kelompok) yang memiliki tujuan sama dengan kepentingan berbeda plus twist tak terduga. Namun kisah filmnya justru disajikan lambat dengan konflik yang sama sekali tidak menggigit. Filmnya tampak sepi dan datar bahkan humor dan adegan aksi pun terasa hambar dan tanggung. Gaya sentuhan visual Ritchie jelas masih tampak, bersama setting tahun 1960-an adalah beberapa aspek menarik dalam filmnya. Para pemain yang bermain baik dengan tokoh-tokoh yang berkarakter pun masih tidak mampu mengangkat filmnya.

The Man from U.N.C.L.E. menunjukkan bahwa Guy Rithcie masih belum menemukan performa dan gayanya kembali seperti di awal karirnya. Para penonton pun juga tidak akan menyoal adaptasi dengan seri tv-nya karena sudah terlalu lama tapi justru mungkin masalahnya disini. Loyalitas dengan serinya bisa jadi yang membuat film ini tampak sepi dan datar untuk penonton modern yang terbiasa dengan aksi spionase hingar bingar macam seri Bourne dan Bond. Sentuhan gaya dan selera humor khas Ritchie, sederetan pemain yang bermain menawan, serta setting 60-an yang eksotik tidak mampu mengangkat kisahnya yang kurang menggigit. Film ini jelas-jelas terlihat sebagai eksposisi dari sekuelnya kelak jika film ini sukses komersil tapi tampaknya itu tidak akan terjadi.

Baca Juga  Tetris
MOVIE TRAILER

PENILAIAN KAMI
Total
50 %
Artikel SebelumnyaBattle of Surabaya
Artikel BerikutnyaThe Danish Girl, Film Drama LGBT
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.