Brahms: The Boy II merupakan sekuel dari The Boy yang kini masih digarap oleh William Brent Bell. Film orisinalnya yang sukses, jelas menjadi motif utama produksi sekuelnya. Padahal cerita The Boy sudah berakhir tuntas, lantas kisahnya mau berlanjut seperti apa lagi? Industri film, pada era kini, sudah tidak ada yang tak mungkin. Sang bintang, Katie Holmes yang lama tak muncul, kini tampil sebagai tokoh utama, bermain dalam genre yang jarang sekali ia perankan. Wajah pemain lainnya yang familiar adalah Ralph Ineson walau ia hanya tampil sebagai pendukung.
Setelah musibah perampokan yang dialami di apartemen mereka di London, Liza, beserta putranya Sean, mengalami trauma berat. Liza sering berhalusinasi dalam tidurnya sementara Sean, sudah tak lagi mau berbicara. Bersama sang suami, mereka akhirnya memutuskan untuk pindah ke wilayah pedesaan yang tenang. Rumah baru mereka ternyata tak jauh dari rumah tua keluarga Heelshire (dikisahkan pada film pertama). Ketika mereka berjalan-jalan di sekitar rumah, Sean menemukan sebuah boneka laki-laki. Sejak boneka Brahms, tinggal bersama mereka, Sean lambat laun berubah dan keanehan pun mulai terjadi. Bertarung dengan kewarasannya, Liza akhirnya menyadari bahwa sang boneka bukanlah boneka mainan biasa.
Tak jelas, kini sekuelnya berada dalam masa waktu kapan setelah peristiwa film pertama. Tampak ada kontinuiti yang lepas dari kisah filmnya. Di penutup film pertama, Brahms masih hidup bukan? Atau tidak? Di mana dia sekarang? Kisah sederhana di film pertama mendadak menjadi rumit. Sisi supernatural masuk ke dalam plotnya yang menjadikan semuanya menjadi tak masuk akal. Sejak awal, plotnya sudah terlalu jamak untuk genrenya dan mudah sekali ditebak arahnya. Plotnya hanya ada 2 opsi, Brahms itu nyata atau sang ibu yang berhalusinasi? Saya menanti kejutan. Pada akhirnya, hanya nol besar.
Brahms: The Boy II adalah sekuel yang sama sekali tidak perlu dengan pendekatan cerita yang sudah terlalu familiar untuk genrenya. Tak ada satu aspek pun yang menarik dalam kisah maupun sisi estetiknya. Nothing. The Boy setidaknya punya usaha untuk membuat sesuatu yang segar, namun sekuelnya kini berusaha pun tidak. Bagi fans horor, lewati saja film yang satu ini, hanya membuang uang dan waktu.