Para pendengar podcast komedi di Spotify tak bakal asing dengan Agak Laen. Terutama para pasukan bermarga. Datang pula akhirnya oportunitas grup Agak Laen ini untuk membuat film komedi, drama, dan horor berjudul Agak Laen. Untuk sutradara dan penulis skenario, Imajinari yang paling besar menaungi produksi memercayakan keduanya kepada Muhadkly Acho. Berkolaborasi dengan Jagartha dan Legacy Pictures. Tentu para pemeran utamanya dimainkan oleh Bene Dion Rajagukguk, Indra Jegel, Boris Bokir, dan Oki Rengga, bersama Tissa Biani, Bukie Mansyur, serta Arie Kriting. Menarik melihat kebolehan Acho dan chemistry para personel Agak Laen dikolaborasikan (dengan penamaan tokoh menggunakan nama asli pemain).

Sekeluarnya Oki (Rengga) dari penjara, hanya di sebuah pasar malam saja tempatnya bisa bekerja. Meski sukar pula ia diterima di hampir semua lapak, kecuali rumah hantu. Karena kru lapak ini yang juga menjadi para hantu ialah teman-teman Oki sendiri, yaitu Bene (Bene Dion), Jegel (Indra Jegel), dan Boris (Boris Bokir). Namun, rumah hantu ini juga punya masalah. Kondisi sepi pengunjung dalam waktu lama mengakibatkan mereka tak mampu bayar uang sewa. Sampai datang satu ide yang merombak sebagian besar kondisi tersebut, tetapi lantas menelan korban tak berselang lama kemudian.

Agak Laen bukanlah grup lawak baru yang sengaja dibentuk dengan langsung solid belakangan ini. Mereka telah eksis pertama kali melalui podcast di sebuah platform layanan audio bernama Spotify sejak sekitar Maret-April 2021. Eksistensi tersebut lantas membesar dan secara tidak langsung kian menunjukkan identitas mereka sebagai sebuah grup lawak dengan latar belakang Batak beranggotakan empat orang. Relasi antarpesonal yang kemudian amat memengaruhi chemistry mereka sepanjang bermain dalam film Agak Laen. Besarnya massa kelompok mereka bahkan sudah pernah memperlihatkan dampaknya saat Ngeri-Ngeri Sedap rilis di bioskop tahun 2022 lalu. Namun, sebagai film komedi yang datang dari sebuah grup lawak, tidak lantas yang perlu diperhatikan cukup dari eksekusi kelucuannya semata. Detail-detail informasinya juga mesti dikelola dengan tindak lanjut yang benar.

Ada dua tindak lanjut yang kurang dalam Agak Laen. Sesuatu yang semestinya tetap ada beberapa kali di sepanjang film berjalan atau muncul lagi belakangan, tetapi hilang. Lanjutan dari dua informasi melalui dua tokoh yang sebetulnya penting, tetapi tidak dikelola dengan baik, sehingga terkesan hanya sebagai kendaraan (alat) belaka bagi plot masalah keempat kru wahana rumah hantu. Salah satunya bahkan menjadi pengisi komedi semata. Padahal informasi yang dibawakannya potensial untuk menambah gawat situasi mereka. Informasi pertama ialah tentang keberadaan satu-satunya orang yang bisa memahami perkataan si tukang bersih-bersih (Sadana Agung) yang kesulitan bicara. Kedua adalah nasib akhir selingkuhan (Indah Permatasari) Pak Basuki (Arief Didu).

Baca Juga  Atlas

Kendati demikian, Agak Laen terbilang nyaman secara visual. Kasus yang kerap kali terjadi memang. Banyak film Indonesia hampir selalu memiliki kelemahan semacam ini. Dikemas dengan visual yang menyenangkan, tetapi skenarionya kurang diperhatikan lebih teliti. Agak Laen memainkan warna dan pencahayaannya dengan kontras, khususnya antara seluruh area di luar rumah hantu dengan bagian dalamnya. Tidak dinyana dengan set pasar malam yang benar-benar dibangun asli sebagaimana pasar malam pada umumnya.

Agak Laen dengan campuran genrenya juga dapat menghadirkan masing-masing melalui treatment yang memang sesuai kebutuhan. Untuk segmen horor dan drama terutama. Mengingat sang sineas sebelumnya sudah pernah menulis sekaligus mengarahkan horor komedi melalui Ghost Writer 2 (2022). Tahu kapan suasana harus berubah mencekam dan menyeramkan saat memasuki segmen horor. Lalu memaksimalkan emosi begitu berada dalam bagian drama. Sementara itu, bagian komedi Agak Laen mengandalkan interaksi antara Bene, Jegel, Boris, dan Oki dengan jalinan relasi natural mereka sekian tahun ini. Jadi lebih kurang penampilan komedi mereka dalam Agak Laen ialah bagaimana mereka berkomedi selama ini di luar film.

Agak Laen dengan antusias menghadirkan sajian komedi grup lawak secara mapan, dramatis, dan bercerita, meski luput untuk menindaklanjuti informasi penting. Tanpa hendak mengomparasikannya atau mereka dengan eksistensi Warkop DKI. Belum saatnya. Nanti dulu. Lagipula cara berkomedi mereka serta jenis komedi dalam Agak Laen memang lain. Walau pada akhirnya, penampilan mereka berempat selama membawakan karakter masing-masing berdasarkan skenario ternyata tak lebih lucu ketimbang bloopers yang ditayangkan melalui credit scene. Sayang pula kita kurang tahu kondisi keluarga Bene. Informasi seputar Jegel pun hanya sebatas utang-utang judinya. Dibanding Boris atau bahkan Oki yang mendapat porsi paling banyak. Sekali lagi, Acho menunjukkan kebolehannya setelah Gara-Gara Warisan (2022). Akankah pula Agak Laen berlanjut dengan cerita lainnya ke depan? Patut dinantikan.

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaArgylle
Artikel BerikutnyaEksil
Miftachul Arifin lahir di Kediri pada 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com. Pernah pula menjadi kontributor terpilih kategori cerpen lomba Sayembara Goresan Pena oleh Jendela Sastra Indonesia (2017), Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), Penulis Terpilih lomba Cipta Puisi 2018 Tingkat Nasional oleh Sualla Media (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story And Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alterna􀆟f yang diterbitkan secara selfpublishing. Selain itu, juga menjadi salah seorang penulis top tier dalam situs web populer bertema umum serta teknologi, yakni selasar.com dan lockhartlondon.com, yang telah berjalan selama lebih-kurang satu tahun (2020-2021). Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam bidang kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, telah aktif menulis hingga puluhan ulasan Film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Agustinus Dwi Nugroho.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.