Atomic Blonde (2017)

115 min|Action, Thriller|28 Jul 2017
6.7Rating: 6.7 / 10 from 208,315 usersMetascore: 63
An undercover MI6 agent is sent to Berlin during the Cold War to investigate the murder of a fellow agent and recover a missing list of double agents.

Atomic Blonde adalah film aksi spionase yang diadaptasi dari novel grafis berjudul The Coldest City. Film ini digarap oleh David Leitch, yang juga mengarahkan film aksi John Wick bersama koleganya, Chad Stahelski. Tercatat ini adalah film solo panjang pertama arahannya. Sementara aktris Chalize Theron semakin memantapkan perannya sebagai aktris laga setelah sukses dalam Mad Max: Fury Road dan Furious 8 baru lalu. Film ini juga didukung nama-nama top seperti, James McAvoy, John Goodman, hingga Sofia Boutella.

Kisah filmnya berlatar era perang dingin di Jerman sesaat sebelum tembok Berlin diruntuhkan. Seorang agen MI6 dibunuh dan mikro film yang berisi info rahasia dalam jam tangan miliknya berhasil diambil oleh seorang agen KGB. Pihak MI6 mengutus agen topnya, Lorraine Broughton, untuk merebutnya kembali, di saat yang sama semua pihak intelegen juga memiliki tujuan yang sama. Misi yang semula tampak sederhana berubah menjadi rumit ketika tidak ada satu pihak pun yang ia bisa percaya.

Tone film 80-an sudah terasa sejak pembuka filmnya, ber-setting kota Berlin lama yang bersalju dengan iringan puluhan lagu pada eranya yang nyaris muncul dalam semua adegannya. Kisah film yang awalnya sederhana berubah menjadi kompleks dengan berjalannya waktu sehingga nuansa (plot) film noir terasa kental. Plot mengikuti jagoan perempuan kita, sang femme fatale, mengikuti ke mana sebuah petunjuk pergi, dan setiap kali itu pula, informasi baru atau sosok baru muncul. Sangat membingungkan, dimana kita tidak bisa membedakan siapa lawan dan kawan. Alur kisah yang disajikan menggunakan teknik kilas-balik juga membuatnya filmnya menjadi semakin menarik, hingga akhirnya muncul plot twist mengejutkan pada penghujung film. Plot film noir bekerja sempurna dalam film ini dan disela-selanya bakat alamiah sang sineas teruji dengan sangat baik melalui adegan-adegan aksinya.

Baca Juga  Mr. Harrigan’s Phone

Siapa sangka, Charlize Theron bisa bermain begitu mengesankan dalam semua adegan aksinya yang konon dilakoninya sendiri. Leith paham betul bagaimana mengemas adegan aksi dan memanfaatkan secara maksimal potensi sang aktris. Theron tampil begitu dingin dalam semua adegan aksinya, dan ia bukanlah sosok super seperti Black Widow yang dengan cepat dan mudah bisa menjatuhkan lawan-lawannya. Adegan aksinya disajikan begitu realistik, melalui aksi-aksi brutal, make-up wajah babak belur, dan darah di mana-mana. Rasanya pula, film The Raid banyak memiliki pengaruh dalam adegan aksi-aksinya. Satu contoh adegan aksi di sebuah apartemen disajikan dalam satu shot tanpa “putus” yang sangat menawan, bagaimana sang agen menjatuhkan semua lawannya satu persatu yang disajikan sangat natural. Momen ini adalah momen aksi terbaik dalam filmnya.

Atomic Blonde disajikan dengan aksi penuh gaya serta penampilan memikat dari Charlize Theron. Leitch mampu membuktikan diri sebagai sineas yang sangat terampil dalam menyajikan adegan aksi, hingga tak heran ia dipercaya untuk menggarap Deadpool 2 (2018). Sang sineas dan sang bintang bekerja sempurna sehingga tak heran pula jika sekuelnya kelak diproduksi. Melalui Atomic Blonde, Leitch jelas telah jauh melampaui pencapaiannya dalam John Wick dalam semua aspeknya.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaCars 3
Artikel BerikutnyaThe Hitman’s Bodyguard
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.