Easter (2003)
N/A|Talk-Show|15 Apr 2003
Rating: Metascore: N/A
N/A

Sosok Batman bisa jadi adalah sosok paling sinematik dalam sejarah medium film. Terhitung sudah ratusan filmnya, baik versi live action maupun animasinya, serial maupun versi teaternya. Fenomena Batman memang menarik untuk dicermati, di mana tiap adaptasi memiliki ciri khasnya masing-masing melalui sentuhan artistik para pembuatnya. Dari versi teater, trilogi The Dark Knight-nya Nolan, sejauh ini belum ada tandingan. Kita lihat, bagaimana The Batman-nya Matt Reeves besok? Dari versi animasinya, lusinan filmnya jauh lebih superior dari versi teaternya, sebut saja Batman under the Red Hood, Batman: The Dark Knight Returns, belum lagi Justice League: Doom dan Justice League: Dark.

Film animasi terbarunya kini, Batman: The Long Halloween Part One menambah panjang daftar di atas. Batman: The Long Halloween Part One adalah seri ke-42 dari DC Animated Universe yang digarap oleh Chris Palmer. Film ini dibagi menjadi dua bagian, di mana bagian keduanya akan dirilis bulan depan. Naskahnya diadaptasi dari komik berjudul sama karya Jeph Loeb dan Tim Sale.

Alkisah Gotham tengah dalam keadaan genting karena persaingan dua geng mafia, Falconi dan Maroni, mengancam ketenangan kota. Batman, komisaris Gordon, dan jaksa Harvey Dent ada di tengah-tengah mereka. Di tengah situasi panas, seorang pembunuh misterius makin memperkeruh suasana dengan membunuh saudara dekat sang pimpinan Carmine Falcone pada hari libur Holloween. Batman dibantu Gordon dan Dent, serta pula Catwoman, mencoba menyelidiki siapa dalang di balik ini semua. Sementara sang pembunuh, terus beraksi membunuh korbannya pada momen hari libur besar. Sang Joker adalah dugaan utama mereka.

Walau kita semua tahu, Batman juga identik dengan seorang detektif, namun baru kali ini Batman benar-benar terlibat dalam satu investigasi penuh sepanjang filmnya. Sisi aksinya justru terasa sebagai sisipan. Progres penyelidikan adalah satu hal yang membuat kita fokus ke kisahnya dan semakin membuat penasaran. Naskahnya demikian solid, mampu mempermainkan penonton dengan mudahnya. Sisi misteri pun terjaga penuh sejak detik awal hingga akhir. Tak bisa dipungkiri ini adalah salah satu naskah terbaik adaptasi Batman yang pernah ada.

Baca Juga  Jurassic World: Fallen Kingdom

Naskahnya yang solid juga didukung oleh dialog-dialognya yang cerdas. Kita tidak hanya menonton tapi diajak untuk berpikir melalui serangkaian dialognya. Sosok Joker jelas sangat mencuri perhatian dengan celotehan-celotehan konyolnya. Juga kemunculan beberapa karakter besar hanya sekilas, namun teramat kuat pamornya, sebut saja Calendar Man dan Solomon Grundy. Sang Batman pun banyak mengingatkan pada sosok Batman-nya Tim Burton. Tidak lantas Batman menjadi sosok tak terkalahkan seperti banyak pada seri animasi sebelumnya. Sosok Selina Kyle (Catwoman) kini tidak hanya sebagai pemanis, namun juga penggerak cerita melalui hubungannya dengan Bruce Wayne. Sosok Gordon dan Dent juga mendapat porsi yang besar dengan lebih menyinggung sisi pribadi mereka.

Batman: The Long Halloween Part One, sejauh ini adalah salah satu adaptasi Batman terbaik melalui naskah solid yang mengedepankan sisi investigasi ketimbang aksi. Intinya, naskahnya dengan sempurna mampu menyajikan satu tokoh kecil pun menjadi berarti, tanpa terlihat sebagai tempelan. Poin ini yang jarang sekali tersaji di film-film batman sebelumnya. Film ini sekali lagi membuktikan, bahwa film animasi panjangnya masih jauh lebih superior dari versi teaternya (baca: DCEU). Heran, mengapa tidak tim ini saja yang menulis naskahnya? Sosok batman adalah sosok multi dimensi yang sejauh ini telah dieksplorasi demikian liar dalam medium film. Tidak hanya menanti bagian keduanya, saya bakal selalu menanti seluruh versi animasinya, dan menanti kejutan berikutnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
95 %
Artikel SebelumnyaLuca
Artikel BerikutnyaSurga yang Tak Dirindukan 3
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.