Blade of the Immortal (2017)

140 min|Action, Drama, Fantasy|03 Nov 2017
6.7Rating: 6.7 / 10 from 19,532 usersMetascore: 72
Cursed with a life of immortality, a samurai is tasked by a young girl to help avenge the death of her father. Based on the manga series by Hiroaki Samura.

Blade of the Immortal adalah film fiksi bertema samurai pada Zaman Edo yang disutradarai oleh sineas Jepang kondang, Takashi Miike. Film ini merupakan adaptasi dari serial manga berjudul sama karya Hiroaki Samura dan dibintangi oleh Takuya Kimura, Hana Sugisaki, Sota Fukushi, Hayato Ichihara, Erika Toda, dan Kazuki Kitamura. Film ini pertama kali dirilis dalam festival film bergengsi, Cannes Film Festival 2017.

Manji (Takuya Kimura) adalah seorang samurai yang membunuh atasannya yang korupsi berikut para pengawalnya. Namun, sialnya, salah seorang pengawal tersebut merupakan suami dari Machi (Hana Sugisaki). Kehilangan sang suami membuat Machi menjadi gila dan sejak saat itu Manji merawat Machi. Suatu hari, sekelompok pembunuh bayaran mengincar Manji dan membunuh Machi. Tenggelam dalam kesedihan membuat Manji dengan buasnya menghabisi musuh-musuhnya. Manji terluka parah, dan di saat mendekati ajal, tiba-tiba datang seorang nenek tua yang memberinya cacing darah yang membuat dirinya bisa hidup abadi. Setelah 50 menyendiri, tiba-tiba seorang gadis yang mirip dengan Machi, Rin Asano, datang meminta tolong untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya yang dibunuh oleh kelompok Itto-ryu.

Segmen pertama dibuka dengan menggunakan efek hitam putih, sampai pada adegan Manji memperoleh kekuatan abadi. Saat cacing darah perlahan memasuki tubuh Manji, layar juga mulai menampilkan warna. Setelah adegan berpindah, kisahnya menjadi membosankan. Tak ada emosi, tak ada tensi ketegangan, yang disajikan oleh film ini hanyalah aksi pedang. Saya akui, aksi-aksinya memang terlihat nyata dan brutal, mengingatkan film The Raid. Sebenarnya film ini memiliki potensi dan ide yang menarik jika saja kisahnya loyal pada serialnya yang fokus pada tujuan dihidupkannya kembali Manji. Dalam filmnya, tidak dijelaskan alasan mengapa Manji harus mendapat keabadian dan bagaimana ia bisa terlepas dari kutukan tersebut. Pada kenyataannya, film ini terfokus pada balas dendam Rin Asano terhadap kelompok Itto-ryu saja. Beberapa poin dalam serialnya juga tidak diceritakan dalam film ini, dan tidak ada kepastian akan sekuelnya.

Baca Juga  Take Point

Setting, kostum, dan musiknya sudah sesuai dengan kisah filmnya. Realitas filmnya terjaga dengan baik dari awal hingga akhir. Adegan aksi berpedang yang minim penggunaan CGI menjadi poin lebih, terlebih luka sayatan pedang disajikan sangat realistis. Namun, durasi tiap aksinya agak terlalu lama hingga membuat penonton merasa lelah.

Akting kedua pemain utama terlihat tidak imbang. Takuya Kimura bermain dengan sangat bagus sebagai Manji dan ia terlihat luwes saat bertarung menggunakan katana. Namun lawan mainnya, Hana Sugisaki masih terlihat kurang meyakinkan terutama saat adegan emosional. Interaksi keduanya pun hambar dan kurang berkesan. Tokoh Rin Asano menjadi salah satu kunci cerita, namun tidak memiliki dampak yang cukup membuat penonton bersimpati pada karakternya. Ada pula beberapa adegan yang harusnya menjadi momen serius namun terlihat konyol karena akting pemainnya yang berlebihan layaknya akting dalam panggung teater.

Blade of the Immortal sangat baik dalam mengadaptasi aksi berpedang, namun sebaliknya tidak dengan sajian kisahnya. Sang sineas memang mendapat banyak apresiasi karena mampu mempertahankan realitas dalam adegan aksinya namun tidak cukup untuk menutupi kekurangan kisahnya.
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
50 %
Artikel SebelumnyaThe Villainess
Artikel BerikutnyaMata Batin
Luluk Ulhasanah atau lebih akrab dipanggil EL, lahir di Temanggung 6 September 1996. Sejak kecil hobi menonton film dan menulis. Minatnya pada film membuat ia bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2016 dan mulai beberapa kali terlibat produksi film pendek, dan aktif menulis review film, khususnya rubrik film Asia. Pada bulan Desember 2017, ia menjadi juri mahasiswa dalam ajang festival film internasional, Jogja Asian Film Festival (JAFF Netpac) 2017. Ia juga salah satu penyusun dan penulis buku 30 Film Indonesia Terlaris 2002-2018.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.