Sejak The Hurt Locker dan Zero Dark Thirty yang sukses di berbagai festival film bergengsi, karier sineas Kathryn Bigelow menanjak sangat drastis. Melalui Detroit, sang sineas kembali menegaskan sebagai salah satu sineas papan atas yang patut diperhitungkan dalam ajang Academy Awards tahun depan. Detroit adalah sebuah film dokudrama kriminal yang diambil berdasarkan kisah nyata peristiwa di Motel Algiers selama kerusuhan besar di kota Detroit tahun 1967. Film ini sendiri dirilis untuk memperingati 50 tahun kerusuhan terbesar di AS tersebut.
Selama kerusuhan besar yang melanda kota Detroit, jam malam diberlakukan. Situasi kota sangat mencekam layaknya medan perang. Polisi dibantu tentara mengamankan dan menangkap para perusuh yang membakar dan menjarah ratusan toko dan bangunan. Di masa situasi tidak menentu ini, belasan warga biasa, beberapa orang pria kulit hitam, dua wanita kulit putih secara tak sengaja bertemu di Algiers Motel. Satu permainan kecil yang dimaksudkan hanya sebagai lelucon berubah menjadi peristiwa horor berdarah melibatkan polisi lokal, tentara, dan seorang petugas keamanan setempat.
Melalui dua film thriller perang sebelumnya, sineas mampu mengolah adegan sederhana menjadi begitu menegangkan dan realistik hingga membuat bulu kuduk penonton merinding. Kali ini, sang sineas lebih jauh lagi mengeksplor dengan hanya menggunakan satu momen saja. Kisah filmnya secara efektif bergulir dari hal yang umum hingga kita digiring ke dalam momen tersebut. Dengan sabar, satu persatu karakter-karakter penting diperkenalkan dengan sedikit latar tentang mereka. Kita tahu mereka semua bakal dipertemukan, namun entah kapan dan dimana. Hingga akhirnya, “Dor dor dor”! Salah satu momen paling menakutkan dalam medium film disajikan dengan penuh ketegangan serasa kita sungguh-sungguh berada di sana. Lama durasi 143 menit terasa bagai hanya belasan menit saja. Dengan kombinasi teknik kamera handheld dan editing yang efektif, sang sineas mengolah adegan ini dengan amat sangat mengesankan.
Satu lagi kekuatan besar film ini terdapat pada penampilan sederetan kastingnya. Satu pemain yang jelas menarik perhatian adalah Will Pouter yang berperan bagai kesurupan iblis dengan mampu bermain sangat brilyan sebagai polisi lokal yang rasis. Will memang kerap bermain sebagai peran antagonis macam ini, namun penampilan istimewanya kali ini tidak heran jika diganjar sesuatu yang besar macam Oscar. Dalam beberapa momen, dengan alis tebal dan senyum iblisnya, kita bisa melihat sosok orang sakit mental macam “Joker” dalam dirinya. Walau akting Will menarik perhatian bukan lantas pemain-pemain lain tidak bermain baik. Semuanya bermain sangat baik dan pas dengan perannya. Nobody miss. Film ini adalah sekumpulan kasting yang brilyan.
Dengan plot dan pendekatan teknik yang efektif, Detroit adalah sebuah film dokudrama yang sangat menegangkan dengan dukungan kasting yang sempurna, khususnya Will Poulter. Tanpa banyak shot luas, namun kerusuhan di Detroit dengan segala situasinya yang mencekam bisa terbangun dengan sangat baik, dibantu footage-footage berita yang sering kali muncul. Kathryn Bigelow terbukti kembali mampu menunjukkan kelasnya sebagai salah satu sineas papan atas Hollywood. Detroit adalah salah satu film dokudrama terbaik yang pernah ada. Rasanya film ini bakal ikut dan bersaing kuat dalam ajang Academy Awards tahun depan.
WATCH TRAILER