Usai penantian dan jeda panjang lebih dari satu dekade, akhirnya dibuat juga sekuel dari Keramat (2009). Film horor found footage yang fenomenal pada masa itu. Keramat 2: Caruban Larang masih menggunakan pengemasan serupa, serta diarahkan dan ditulis oleh orang yang sama, Monty Tiwa, dibantu dua penulis baru yaitu Azzam Fi Rullah dan Sergius Susanto. Para pemeran dalam film produksi StarVision Plus dan Moviesta Pictures ini antara lain Keanu AGL, Lutesha, Ajil Ditto, Umay Shahab, Arla Ailani, Josephine Firmstone, Maura Gabrielle, dan Ence Bagus. Film sebelumnya berhasil menarik atensi besar dari khalayak luas, bagaimana dengan sekuelnya ini?
Tiga pihak dengan kepentingan masing-masing bersepakat untuk saling bekerja sama menjalankan satu urusan. Arla, Jojo, dan Maura melakukan riset tentang sebuah tarian langka dan sakral yang hilang; Keanu dan Ajil membuat konten mistis untuk kanal YouTube mereka; lalu Umay yang memproduksi dokumenter. Sayangnya, materi incaran mereka tidak mudah ditemukan. Anak-anak kuliahan yang masih polos terhadap hal-hal mistis pun menerima akibatnya, gara-gara meremehkan peringatan.
Satu kesan pertama selama menonton Keramat 2 adalah versi sekuel yang lebih komikal. Kita sama-sama tahu betapa menyeramkannya Keramat (2009) pada zamannya. Belum lagi dengan teror-terornya. Waktu itu, antara found footage serta nilai sakral dan wingit dari segi cerita dan latar tempatnya amat terasa. Terutama ketika tim Poppy dan kawan-kawannya berada di tempat lain. Kali ini dalam Keramat 2, jangankan merasa ngeri ketakutan, untuk turut menghormati hal-hal wingit yang muncul di layar pun tak sampai. Bentuk sikap jera dari Keanu dan teman-temannya pun tidak ada. Padahal tindakan dan ucapan mereka yang tanpa mempertimbangkan risiko adalah penyebab kemalangan mereka sendiri.
Dahulu, para penggemar Keramat (2009) mengkhawatirkan keberadaan Keanu yang berkemungkinan justru mengganggu sisi klenik dalam cerita. Ternyata kecemasan itu pun terbukti. Karakter bawaannya sendiri cenderung penuh lelucon. Boleh jadi sang sineas kini punya pertimbangan lain untuk membedakan suasana cerita dari film pertamanya. Namun ini bukan soal keberadaan unsur komedinya. Ini tentang besaran atau dominasi lawakan-lawakan yang muncul. Sisi komedi, bagaimanapun, tetap dibutuhkan bukan hanya sebagai jeda, tetapi juga sebagai dukungan terhadap aspek realita untuk film ini. Namun mestinya tak perlu sampai terlalu banyak.
Lambat-laun Keramat 2 ditonton, rupanya masalah terkait penokohan bukan hanya pada tokoh Keanu dan karakternya. Melainkan juga ada pada karakterisasi tokoh-tokoh lainnya. Keanu dan teman-temannya entah bagaimana cepat sekali naik pitam. Karakter mereka bisa saja tiba-tiba saling memarahi, memaki, dan berkata-kata kasar hanya karena masalah yang –secara logis—bisa diselesaikan dengan lebih layak, jika mereka bersikap lebih tenang. Terutama adu mulut di antara Keanu, Umay, Ajil, Arla, dan Ute. Selalu ada saja yang mereka ributkan. Dan ketika sudah ribut, entah bagaimana terlihat sangat sulit dilerai. Seperti anak-anak yang sedang saling bertengkar.
Kendati demikian, ketiga penulis Keramat 2 (termasuk Monty sendiri) terlihat jelas sekali berupaya menyatukan kepingan-kepingan motif untuk mendukung bagian-bagian yang mau disampaikan. Salah satunya adalah terkait dengan nasib sisa-sisa tim Poppy, setelah satu per satu temannya hilang. Lumayan tidak terantisipasi, bahwa ternyata Keramat 2 melakukan itu terhadap para tokoh dari Keramat (2009). Namun ada pula bagian cerita dengan motivasi yang lemah. Untuk apa para tokoh dibawa ke setting rumah sakit terbengkalai? Toh, tidak ada korelasi yang jelas dengan objek riset Arla, Jojo, dan Maura, lebih-lebih dengan nama Caruban Larang itu sendiri.
Keramat 2: Caruban Larang tak lagi terasa “keramat”, karena komedinya yang berlebihan. Lebih banyak lawakan daripada kesakralan. Adanya Keanu yang membawakan kelucuan serta Umay dengan tingkah dan mulut sompralnya mengacak-acak nuansa keramat dari ceritanya sendiri. Meski sisi kamera atau gambar dan artistiknya tak perlu terlalu dipersoalkan, segi ceritanya masih berlarian ke sana-ke mari. Belum lagi tentang logika kesesuaian latar tempat, unsur lokal, dan bahasa yang digunakan. Jadi Keramat 2: Caruban Larang ini di mana? Cirebon (Jawa Barat), Caruban (Jawa Timur), atau Merapi (Jawa Tengah)?