One Cut of the Dead (2017)
96 min|Comedy, Drama, Horror|24 Sep 2019
7.6Rating: 7.6 / 10 from 30,197 usersMetascore: 86
Things go badly for a hack director and film crew shooting a low budget zombie movie in an abandoned WWII Japanese facility, when they are attacked by real zombies.

Mengandung SPOILER!

One Cut of the Dead (Kamera O Tomeru Na!) adalah film komedi “zombi” produksi Jepang  arahan Shinichiro Ueda. Konon film berdurasi 97 menit ini hanya diproduksi dengan bujet sebesar 3 juta Yen (sekitar Rp 400 juta), namun mampu meraup keuntungan kotor sebesar 1000 x lipat bujetnya!! Film unik ini juga dibintangi aktor-aktris pendatang baru dan amatir. Film yang awalnya hanya diputar di satu teater kecil perlahan mulai meraih reputasinya di beberapa festival film hingga didistribusi luas bahkan hingga internasional. Pujian tinggi datang dari para kritikus barat, bahkan website populer rottentomatoes.com hingga artikel ini ditulis, memberi poin sempurna 100%. Sebagus apa sih film ini?

Film dibuka dengan satu adegan produksi film yang mengetengahkan kisah zombi di sebuah gudang mesin tua. Tak disangka, zombi sungguhan menyerang para pemain dan kru produksi. Keeadaan semakin bertambah kacau karena beberapa dari kru film tergigit dan berubah menjadi zombi. Satu gadis muda yang juga pemain tokoh utama dikejar ke sana kemari hingga akhirnya ia berhasil membunuh semua zombi termasuk para krunya. The End. Kredit film pun muncul.

Film selesai? Tentu tidak. Bahkan jauh dari kata rampung! Ini baru permulaan saja. Satu film pendek berdurasi 39 menit yang menggunakan satu shot (long take) ini ternyata adalah produk film dari satu rumah produksi untuk satu program acara televisi yang ditayangkan live! Bingung? Sederhananya begini. Film ini terbagi menjadi tiga segmen besar. Pertama adalah film pendek berjudul One Cut of the Dead. Kedua adalah proses praproduksi film One Cut of the Dead. Ketiga adalah proses produksi film ini.

Baca Juga  The Roundup: No Way Out

Tentu penonton bakal kebingungan melihat segmen pertama yang absurd ini. Namun, justru ini adalah kuncinya. Kecermatan dan detail oberservasi penonton pada film pendek ini tentu bakal berimbas pada segmen akhir filmnya yang sangat sangat edan! Kita sudah tahu, betapa kacaunya hasil akhir film ini, dan kita akhirnya tahu, apa yang terjadi di balik itu semua. Rasanya tak ada film yang mampu menghadirkan sisi komedi sekonyol ini sejak beberapa dekade terakhir. Dijamin seisi bioskop bakal meledak hebat tawanya!

Bisa jadi ada film dengan formula seperti ini sebelumnya, namun bagi saya, film ini teramat segar dan inovatif. Segmen awal yang begitu absurd, berlanjut dengan dua segmen berikutnya yang penuh dengan kejutan. Sekali lagi, observasi kita pada alur plotnya teramat penting karena plot film ini sangatlah detail. Hanya satu momen kecil saja di segmen pertama bisa menjadi kejutan luar biasa pada segmen final. Kejutan demi kejutan seolah tak ada habisnya. Tak disangka, film berbujet relatif murah seperti ini masih mampu memberikan kejutan cerita dan sinematik yang demikian hebat bagi penonton, terlebih para pengamat film.

Melalui pendekatan cerita dan estetik yang segar, One Cut of the Dead, tidak hanya sebagai tribute genre komedi dan subgenre “zombi”, namun juga tribute istimewa terhadap seni film itu sendiri dan para pembuatnya. Tak ada komentar lain buat film komedi brilian ini selain jenius untuk pembuat filmnya! Tak banyak tulisan saya tentang rincian tokoh dan alur plotnya karena Anda harus melihatnya sendiri untuk mempercayainya. Tak ragu, One Cut of the Dead adalah salah satu film terbaik tahun ini dan tak mustahil film ini meraih Oscar untuk kategori Best Foreign Languange. This film already got my vote!

WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
100 %
Artikel SebelumnyaCreed II
Artikel BerikutnyaNamaMu Kata Pertamaku
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.