Tak banyak, film kriminal yang mengambil sosok utama “polisi penjahat”, Restless mencoba mengambil sudut pandang ini melalui alur plotnya yang bergerak tak mengenal lelah. Restless adalah film thriller kriminal produksi Perancis yang digarap oleh Régis Blondeau dengan dibintangi aktor-aktor lokal, Franck Gastambide, Simon Abkarian dan Michaël Abiteboul. Film rilisan Netflix ini baru saja dirilis dua hari lalu, lantas apakah layak untuk kita tonton?

Thomas (Gastambide) adalah seorang letnan polisi yang korup. Ia tengah dihadapkan situasi pelik, di mana sang ibu yang meninggal bersamaan waktunya dengan pemeriksaan dugaan korupsi di kantor. Situasi makin diperburuk ketika di jalan, ia menabrak seseorang hingga tewas. Thomas mencoba menyelesaikan masalah dengan memanfaatkan situasi di sekelilingnya dengan caranya sendiri. Tak diduga, ternyata ada seorang misterius yang mengetahui aksinya ini dan memerasnya.

Sudah lama rasanya, sejak Training Day, kisah polisi korup dituturkan secara nonstop. Separuh awal, penonton dibawa masuk ke sosok Thomas dengan segala aksi di luar hukumnya. Kita tahu persis sejak pembuka bahwa Thomas adalah polisi kotor. Plotnya secara ringkas hanya menyajikan bagaimana sang polisi berkelit dan menutupi kotorannya. Banyak pihak di sini yang meramaikan suasana, yakni keluarga, rekan polisi di kantornya, lalu sosok misterius yang menganggunya. Ketiganya saling tumpang tindih menjadikan konfliknya semakin menarik. Sisi ketegangan terhitung berhasil disajikan secara maksimal sejak pembuka dan semakin intens menjelang klimaks.

Sisi kebetulan dalam plotnya memang sedikit tak wajar, ya tapi ini bisa kita tolerir. Lalu juga beberapa aksi Thomas yang rasanya agak janggal dan ribet, justru membawanya dalam masalah baru. Satu hal saja, mengapa ia tidak membuang mayat tersebut di sungai atau hutan, pasti butuh waktu sebelum jasadnya ditemukan pihak berwenang. Satu lagi, ada pepatah, “crime doesn’t pay” yang lazimnya menjadi tolak ukur moral pada film tipikal macam ini. Tentu saja, Thomas mendapat ganjaran tapi rupanya ada pepatah lainnya yang berlaku di sini, “police are family”. Got it?

Restless memiliki perspektif berbeda dari thriller kriminal kebanyakan, walau dalam pengembangan kisahnya bermain terlalu aman. Selain naskah yang solid di awal, penampilan sang bintang, Frank Gastambide juga patut diacungi jempol. Penampilannya yang konstan dengan ekspresi dan gestur tidak nyaman dan selalu tampak cemas, namun di saat bersamaan terlihat tenang, jelas tidak mudah dilakukan.  Restless memang bukan Training Day dengan akting superior Denzel Washington, namun untuk level produksinya, film ini sama sekali tidak buruk.

Baca Juga  The Shape of Water

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaLooop Lapeta
Artikel BerikutnyaNo Exit
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.