Spoiler Alert! Diharapkan sebelumnya telah membaca ulasan Avengers: Infinity War dan Avengers: Endgame di website ini.

Layaknya kisah filmnya, Avengers: Endgame membuat sensasi menghebohkan seantero bumi. Puluhan rekor box office terpecahkan, diantaranya meraih US$ 1,2 miliar hanya dalam lima hari! Endgame hingga artikel ini ditulis, mulai merayap mendekati angka US$ 2,5 miliar, sudah tak jauh dari pemuncak box office sepanjang masa, Avatar. Apakah Endgame bakal mampu melewati Avatar adalah kisah lain lagi. Dalam waktu sebulan dari sekarang, kita bakal tahu jawabnya. Pada ulasan ini, saya ingin bicara tentang filmnya yang banyak dianggap pengamat sebagai salah satu film terbaik di genrenya. Fans Marvel Cinematic Universe (MCU) bersorak sorai kegirangan dan para kritikus pun mengapresiasi film ini begitu tinggi. Apakah Endgame bisa dikatakan sebagai karya masterpiece?

Endgame adalah puncak dari film-film MCU sebelumnya yang merangkum semua filmnya termasuk seluruh tokoh superhero-nya dalam satu film. Bisa dibayangkan, betapa sulitnya membuat kontinuiti cerita yang begitu panjang melalui 21 film (11 tahun) hingga berakhir dengan Endgame. Sejak Iron Man (2008), para pembuat filmnya yang dimotori sang produser jenius, Kevin Feige, mereka membangun pondasi cerita satu demi satu secara sabar hingga dalam perjalanannya merangkum satu rangkaian cerita yang berkesinambungan antara satu film dengan film lainnya. Satu keistimewaan Endgame, tidak hanya semua para jagoan berkumpul di sini, namun bagaimana pembuat film mampu membagi porsi cerita yang seimbang sehingga tidak ada satu tokoh pun yang terbaikan.

Kita sepakat pula jika Avengers: Infinity War merupakan kisah bagian pertama yang secara langsung berhubungan cerita dengan Endgame. Dua film ini jelas tidak dapat dipisahkan. Ibaratnya, Infinity War adalah latar belakang masalah bagi kisah Endgame. Jika jauh diawal produksi dulu, pernah diisukan judul dua film ini adalah Avengers: Infinity Part 1 dan Part 2 juga memang ada benarnya. Mungkin hanya masalah publikasi saja. Kata-kata “Part 1” berkesan filmnya belum kelar sehingga ditakutkan bakal mengurangi jumlah penontonnya.  Ini jelas bukan masalah bahasan kita. Sekarang, kita bicara kekuatan filmnya satu demi satu, khususnya dari sisi kisahnya. Pencapaian naskahnya memang merupakan satu keistimewaan Endgame. Satu hal karena begitu detil plotnya yang berhubungan dengan rangkaian cerita semua film MCU sebelumnya. Hanya fans dan penikmat MCU yang bisa memahami benar film ini.

Baca Juga  20 FILM HOROR INDONESIA TERLARIS SEPANJANG MASA

Baca artikel halaman berikut: Babak Pembuka Endgame yang Sensasional

1
2
3
4
5
6
7
Artikel SebelumnyaPariban: Idola dari Tanah Jawa
Artikel BerikutnyaJohn Wick: Chapter 3 – Parabellum
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.