Boss Level (2020)
100 min|Action, Adventure, Comedy|05 Mar 2021
6.8Rating: 6.8 / 10 from 79,893 usersMetascore: 56
Trapped in a time loop that constantly repeats the day of his murder, a former special forces agent must unlock the mystery behind his untimely demise.

Plot time-loop tak pernah dieksplorasi begitu intensif sepanjang dekade ini, Boss Level menambah panjang daftar film dengan plot berulang ini dengan gaya yang unik. Boss Level merupakan film aksi fiksi ilmiah arahan Joe Carnahan yang dibintangi beberapa aktor-aktris ternama, antara lain Frank Grillo, Mel Gibson, Naomi Watts, Annabelle Wallis, Michelle Yeoh, hingga Ken Jeong. Film berbujet USD 45 juta ini kabarnya sudah diproduksi sejak tahun 2018 dan baru dirilis awal tahun ini.

Roy adalah mantan pasukan militer khusus yang secara aksidental terjebak dalam satu hari yang berulang tanpa sebab yang jelas. Roy jadi bulan-bulanan para pembunuh bayaran yang menghendaki nyawanya. Setelah ratusan kali terjebak dalam hari yang sama, Roy akhirnya menemui titik terang siapa dalang dibalik peristiwa anomali ini yang melibatkan mantan istrinya yang seorang ilmuwan.

Boss Level memang tidak ingin mengulang formula loop plot film-film sebelumnya. Film ini secara intensif menyajikan alur kisahnya secara unik menggunakan kilas-balik secara acak. Boleh dibilang, Boss Level adalah film pertama yang tercatat menggunakan kombinasi time loop dan kilas-balik secara simultan. Unik bukan? Jika tidak cermat benar, bisa jadi kita bakal kehilangan informasi kecil yang penting. Untuk memudahkan penonton digunakan teks yang menginformasikan “hari ke sekian” sepanjang filmnya.

Baca Juga  Solo : A Star Wars Story

Alur plotnya sejak detik awal sudah bergerak sangat cepat dengan sajian-sajian aksi gila yang membabi buta. Jika tidak ada narasi dari tokoh utama mustahil penonton bisa mencerna kisahnya. Narasinya mengiringi satu segmen pengulangan yang menggambarkan bagaimana proses sang tokoh bisa mencapai sebuah tujuan/lokasi tertentu. Setelah tujuan tercapai (informasi baru didapat), ini mengantarkan kita ke segmen pengulangan berikutnya, demikian seterusnya, hingga klimaks layaknya kita bermain game. Memang butuh kejelian, tapi tentu tak sulit bagi penikmat film sejati. Hanya saja, satu momen dialog yang kelewat panjang terasa membosankan dan rasa kantuk pun menghampir.

Aksi yang terus berulang, tentu memberikan efek komedi dan aksi yang luar biasa, sama halnya dengan film pelopor time-loop, The Groundhog Day. Hanya saja, Boss Level aksi-aksinya memang keliwat edan dan brutal yang penuh darah. Adegan aksi penuh darah dan organ tubuh yang terpotong sudah biasa sepanjang film. Adegan brutal memang sangat masif, namun sisi komedinya mampu memperhalus semua aksi kekerasannya.

Melalui sisi komedi dan aksi-aksi gilanya, Boss Level merupakan salah satu penggunaan time loop plot paling menghibur yang pernah ada. Walau memang murni film aksi hiburan, namun tidak lantas filmnya tidak memiliki value. Hubungan Roy dengan sang putra memberi kehangatan tersendiri dalam satu momennya. Ending kisahnya juga masih membuka peluang sekuel. Boss Level membuktikan bahwa eksplorasi plot time-loop masih bisa dimungkinkan secara kreatif.

Apa itu plot Time Loop? Bisa dilihat dalam video ulasan kami di sini.

Stay safe and Healthy!

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaRun Hide Fight
Artikel BerikutnyaPalmer
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.