Broadcast Signal Intrusion adalah film horor misteri unik arahan Jacob Gentry. Film ini dibintangi oleh Harry Shum Jr., Chris Sullivan, Steve Pingle, dan Kelly Mack. Film berdurasi 104 menit ini dirilis awal tahun di festival film sebelum rilis publik di bulan ini melalui video on demand. Untuk genre dan mediumnya, rasanya film ini menawarkan sesuatu yang baru, sekalipun beberapa film mengarah ke investigasi sejenis, sebut saja dua film klasik masterpiece, The Conversation serta Blow-Up.

James (Shum) bekerja pada satu televisi di Chicago yang tugasnya adalah mentransfer semua siaran video kaset lawas yang ada di sana ke format digital. Ketika James mentransfer sebuah video, mendadak ia menemukan interupsi aneh pada acara siaran tersebut yang menampilkan seseorang bertopeng dengan maksud tak jelas. Usut punya usut, kasus ini dulu ternyata pernah diselidiki pihak FBI yang menemui jalan buntu. James lalu menemukan satu video lagi yang membuatnya terobsesi melakukan investigasi penuh. Kejadian aneh pun mulai terjadi di sekitar James, salah satunya sosok misterius yang menguntitnya setiap kali.

Dibangun dengan sisi misteri yang kuat, premis filmnya tak pelak adalah segar untuk genrenya. Pengembangan plotnya semakin lama semakin mengusik sisi misteri yang makin membuat rasa penasaran. Sisi absurd pun masuk ke dalam kisahnya yang rupanya terpicu oleh trauma masa lalu sang protagonis. Kita pun seolah di bawa ke sesuatu yang maha rahasia di balik ini semua. Sayang, menjelang akhir kisahnya justru terasa antiklimaks. Antara sisi absurd, trauma James, dengan satu dugaan konspirasi besar, terasa kurang nyambung. Beberapa elemen cerita masih banyak menyisakan pertanyaan besar yang tak mampu dijawab dalam filmnya.

Baca Juga  All the Old Knives

Dibangun dengan sisi misteri kuat melalui premis unik, Broadcast Signal Intrusion punya potensi menjadi salah satu film horor investigasi terbaik sebelum elemen sureal masuk ke dalam plotnya. Selain sisi misteri, penampilan sang aktor sebagai James sungguh luar biasa, pula chemistry-nya dengan Alice. Sayang semua ini hanya tampak sebagai tempelan, melengkapi sisi absurdnya. Bisa jadi, ini semua adalah metafora konflik batin James terhadap traumanya. Jika ya benar, wow betapa istimewanya. Namun, sepanjang cerita, kita tidak melihat apa yang menjadi masalah besar bagi James dan kita hanya bisa menduga apa yang terjadi dengan kekasihnya. Apakah ada kaitannya dengan gangguan siaran yang ia selidiki? Bisa ya, bisa tidak. Blow-Up juga sureal, namun kita tahu persis apa masalah batin sang protagonis sehingga kita tahu ke mana arah filmnya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaHostage: Missing Celebrity
Artikel BerikutnyaArmy of Thieves
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.