Spenser Confidential merupakan film kolaborasi kelima antara sineas Peter Berg dan aktor bintang Mark Wahlberg, setelah sebelumnya memproduksi Lone Survivor, Deepwater Horizon, Patriots Day, dan Mile 22. Untuk pertama kalinya selama kolaborasi mereka, film ini didistribusikan melalui Netflix tanpa rilis luas di jaringan bioskop. Selain Wahlberg, film aksi kriminal ini dibintangi oleh Winston Duke, Alan Arkin, serta Illisa Shlesinger. Apakah film ini lebih baik dari kolaborasi Berg-Wahlberg sebelumnya?
Alkisah Spenser (Wahlberg) adalah mantan polisi yang dijebloskan ke rumah prodeo karena menganiaya atasannya. Setelah bebas, ia berniat hidup tenang di kota seberang dan untuk sementara kini tinggal di rumah sahabatnya, Henry (Arkin) dan rekan satu kamarnya, Hawk (Duke). Tanpa diduga, mantan atasan polisinya dibunuh secara brutal oleh satu kelompok misterius. Tertuduh adalah seorang polisi muda yang Spenser kenal baik yang ia percayai tidak mungkin melakukan hal tersebut. Berniat memulihkan nama baik rekannya, Spenser mulai menyelidiki perkara yang memang sudah ia rasakan terdapat kejanggalan sejak awal.
Kisah jagoan preman macam ini memang sudah terlampau banyak, sejak Dirty Harry hingga Jack Richer. Film ini nyaris tak ada bedanya dengan film detektif preman sejenis. Ada aksi penyeledikikan, baku hantam tangan kosong, aksi tembak-menembak, aksi kuntit-menguntit, keterlibatan FBI, polisi korup, bandar narkotika, dan lain sebagainya. Lengkap pokoknya. Namun, bukan berarti film ini lantas tidak menarik untuk diikuti. Sosok Wahlberg menjadi pembeda. Sang bintang memang ideal untuk peran semacam ini. Dengan gayanya yang kalem dan “innocent”, sang aktor mampu memberikan penampilan terbaiknya dibandingkan banyak film yang ia bintangi sebelumnya. Tak ada info yang ia dapat tanpa lecet di wajahnya. Tipikal jagoan preman. Wahberg memang jago untuk urusan ini.
Walau plotnya terlampau familiar untuk genrenya, Spenser Confidential adalah salah satu film terbaik kolaborasi Peter Berg dan Mark Wahlberg dengan tipikal peran yang ideal untuk sang bintang. Sisi komedi juga menjadi satu sebab mengapa film ini berjalan jauh dari kata membosankan. Seperti omongan sang pacar yang sengit, kamu itu berlagak jadi Batman, dan dua rekannya adalah Robin dan Alfred. Saya tersenyum geli dan memang benar adanya. Sosok jagoan macam Spenser memang layaknya “superhero” preman yang mencari keadilan tanpa aturan hukum. Di masyarakat macam mana pun, kita butuh orang macam mereka yang membela pihak yang lemah. Jika ada sekuelnya, saya menantinya dengan penuh harap dan semangat. Jika digarap lebih serius, bukan tidak mungkin seri ini bisa menjadi salah satu yang terbaik di genrenya.