Sudah sekian lamanya, film bencana tentang hewan/serangga yang dirilis. Yang jelas, film ini tak ada hubungannya dengan film bencana klasik The Swarm yang rilis tahun 1978. Lebah, kini bukan menjadi penyebab bencana, namun belalang. The Swarm adalah film bencana produksi Perancis garapan Just Philippot. Film yang dirilis Netflix ini dibintangi oleh Suliane Brahim, Marie Narbonne, serta Sofian Kammesas.
Virginie (Brahim) adalah seorang ibu dan dua orang putra dan putrinya, Laura dan Gaston. Mereka tinggal di daerah pedesaan, di mana sang ibu membudidayakan belalang untuk dijual. Tekanan ekonomi membuat Virginie frustasi karena produksi belalangnya kian menurun. Sementara, Laura pun lelah dengan kehidupan di sana karena kematian ayahnya yang tragis menjadi bahan olokan rekan-rekannya. Virgie yang frustasi akhirnya kalap, merusak kandang belalangnya hingga ia jatuh tak sadarkan diri. Darah lukanya tanpa sengaja dimakan oleh belalang, dan Virgie menemukan fakta bahwa produktivitas ternaknya justru meningkat pesat. Virgie pun memberikan pakan ternaknya darah segar yang tanpa disadari justru membuat belalang ternaknya bermutasi menjadi sesuatu yang mematikan.
The Swarm versi Perancis ini tidak seperti tipikal genre bencana. Fokus kisah tidak pada bencana, melainkan pada konflik sang ibu. Pengembangan cerita adalah poin utama kisahnya, sementara sisi bencana justru muncul menjelang klimaks filmnya. Alurnya bergulir lambat, bergerak dengan sabar sebelum masalah utama muncul. Seringkali momen tampak sekali ditahan begitu lama yang terkadang membuat kita frustasi. Namun, rasa frustasi inilah yang juga dirasakan sang ibu, hingga akhirnya ia “menjual jiwanya” kepada setan.
Menariknya, nuansa horor pun tersaji di filmnya. Beberapa momen menampilkan adegan yang mengerikan di kandang belalang. Film ini juga banyak mengingatkan pada karya sineas klasik The Birds karya Alfred Hitchcock yang sisi misteri dan thriller-nya jauh lebih kental. Bedanya, The Swarm lebih mengandalkan kekuatan akting, khususnya sang ibu. Brahim bermain sebagai Virginie, mampu bermain ekspresif sebagai sosok yang berada di tengah rasa frustasi, ambisius, serta kecintaan pada dua anaknya. Satu lagi yang patut diacungi jempol adalah visual efek (CGI) dan efek suara yang sangat mengagumkan. Serangan serangga tidak pernah terasa begitu nyata.
The Swarm menyajikan kisah bencana langka yang tak seheboh tipikal genrenya, namun memiliki kedalaman kisah yang mengejutkan. Sosok sang ibu, ibarat bermain-main dengan hukum alam serta konsekuensinya. Studi sifat manusia terpapar begitu baik, bagaimana seseorang dapat berbuat apapun untuk menuntaskan ambisinya dengan mengorbankan sesuatu yang menjadikannya seorang manusia. Belalang “vampir” kreasinya adalah simbol matinya hati sang ibu yang termakan oleh ambisi dan rasa rakus. Walau akhirnya ia sadar, sesuatu yang paling bernilai sebenarnya sudah ada di dekatnya selama ini.