The Wretched (2019)
95 min|Horror, Mystery, Thriller|01 May 2020
5.8Rating: 5.8 / 10 from 19,840 usersMetascore: 61
A defiant teenage boy, struggling with his parents' imminent divorce, faces off with a thousand year-old witch, who is living beneath the skin of and posing as the woman next door.

The Wretched adalah film horor supernatural yang digarap oleh dua sineas, Brett dan Drew T. Pierce. Film ini dibintangi nama-nama yang belum familiar, seperti John-Paul Howard, Piper Curda, serta Jamison Jones. Film horor supernatural bernuansa sihir dan memadukannya dengan sosok monster memang tak banyak di pasar, dan ini yang coba ditawarkan The Wretched.

Alkisah Ben berlibur mengunjungi ayahnya, yang kini di ambang perceraian dengan ibunya. Ayahnya tinggal di kota wisata kecil di pinggir pantai. Suatu ketika, Ben merasa ada sesuatu yang janggal dengan tetangga barunya. Ketika anak-anak mereka mendadak hilang, Ben memberitahu ayahnya, namun tak ada seorang pun mempercayainya. Seorang diri, Ben mencoba mencari tahu apa yang tengah terjadi.

Sejak awal plot, kisahnya sebenarnya sudah membangun tensi horornya dengan baik. Berbekal adegan pembuka, kita tahu bakal ada sesosok monster yang memangsa manusia (anak-anak). Plotnya berjalan lambat dengan tak banyak informasi yang kita dapatkan. Momen yang dinanti pun, seolah tak kunjung tiba. Film ini mengingatkan versi “remake modernRear Window (Hitchcock), yakni Disturbia. Ben mengamati tetangga sebelahnya dengan teropong, seolah kita bakal disajikan informasi penting melalui adegan-adegan ini. Satu pun ternyata tidak. Disturbia tidak pernah membuang momen untuk menambah intensitas ketegangannya, sementara The Wretched seolah hanya mengulur durasi waktu.

Baca Juga  Lift

Kejutan di segmen klimaks, sama sekali tak bisa kita rasakan sebagai kejutan. Idenya brilian tapi logika kisahnya agak lepas. Jika Ben tahu persis tetangganya berbohong soal anaknya, tapi mengapa orang lain (misal saja Mel) tak tahu jika Ben kehilangan “sesuatu” sejak awal? Sebaliknya, jika anak-anak tersebut telah hilang eksistensinya, lalu mengapa memori Ben tidak terhapus. Pahamkan maksudnya.

Dengan banyak membuang momen, The Wretched, tidak mampu mengangkat potensi kisahnya seperti yang dijanjikan. Film ini tidak hanya membuang momen dramatiknya, namun juga potensi kasting dan setting-nya. Film ini bisa memperluas skala kisahnya yang tentu bakal menjadi lebih menarik. Para pemuda-pemudi di dermaga yang sering terlihat, seolah bakal punya peran, nyatanya tidak. Potensi setting di dermaga juga tidak dimanfaatkan untuk segmen aksinya. Sayang memang, namun pesan tersembunyi filmnya tidak bisa kita remehkan. Film ini menggambarkan bagaimana ketidakharmonisan rumah tangga tentu berdampak besar bagi anak-anak yang menjadi korban utamanya.

Stay safe and Healthy!

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaThe Half of It
Artikel BerikutnyaDreamkatcher
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.