Thirty Nine aka Seo-reun-a-hob merupakan seri drama arahan sutradara Kim Sang-ho-III. Sebelumnya, Kim juga telah menggarap series/serial dengan genre serupa, seperti Age of Youth 2 (2017), Drama Stage – Our Place’s Tasty Soybean Paste (2018), dan Ping Pong Ball (2018). Kali ini, Kim didampingi penulis Yoo Yeong-ah yang telah banyak makan asam garam dunia kepenulisan serial. Kim juga menggandeng pemain bintang sekelas Son Ye-jin yang ditemani dua pemain teater musikal: Jeon Mi-do dan Kim Ji-hyun-II.  Seri ini juga menampilkan wajah segar Yeon Woo-jin, Lee Moo-saeng dan Lee Tae-hwan. Melalui nama-nama tersebut, seri yang dikemas dalam 12 episode ini sudah cukup menjanjikan.

Thirty Nine mengisahkan tiga perempuan berusia 39 tahun yang  bersahabat sejak remaja. Cha Mi-jo (Son Ye-jin), seorang dokter kulit yang menderita serangan panik yang tengah mempersiapkan cuti sabatikal; Jeong Chan-yeong (Jeon Mi-do), guru akting yang terjebak dalam lingkar perselingkuhan tengah berusaha mengakhiri hubungannya; dan Jang Joo-hee (Kim Ji-hyun-II), manajer perusahaan kosmetik yang membenci pekerjaannya dan mencoba menerima hidup dengan lapang dada. Ketika ketiganya disibukkan dengan persoalannya, mereka justru harus berhadapan dengan penyakit yang berujung pada kematian salah satu dari mereka.

Melalui serial ini, Yoo Yeong-ah sekali lagi menunjukkan bahwa dirinya adalah penulis kawakan. Ia tidak ragu-ragu memberi penekanan konflik utama sejak permulaan musim. Pertanyaan apa yang terjadi dan siapa yang akan mati, sudah terjawab pada dua episode awal. Hal ini menaikkan tensi cerita sekaligus berpotensi membuat jenuh. Tindakan yang berani dan beresiko untuk sebuah seri dengan 12 episode. Namun, naik-turun tensi berhasil terjaga secara stabil dengan presentasi yang rapi hingga akhir episode. Flashback di awal tiap episode memuat kebutuhan informasi yang tepat dan mengarahkan penonton untuk dapat merasakan kepekaan tertentu sehingga mampu membangun tangga dramatik secara kontinu. Isu keluarga dan persahabatan dirangkai dengan tempo plot cepat yang tidak bertele-tele. Seri ini mampu ditulis dengan sangat baik melalui bumbu kisah cinta yang jauh dari klise, penokohan yang terkonsep, dan plot yang kongkrit.

Baca Juga  The Mitchells vs. the Machines

Dari segi akting, Son Ye-jin sebagai pusat atensi menunjukkan performa yang sangat matang. Son dipasangkan dengan Yeon Woo-jin (Kim Seon-woo) berhasil membuat penonton disuguhi romansa dengan chemistry yang apik. Meskipun peran Son cukup dominan, namun pemain lain dapat mengimbangi dengan baik. Terutama Kim Ji-hyun-II (Jang Joo-hee) yang baru pertama kali ini menjadi pemeran utama. Di sisi lain, sejak bermain di Hospital Playlist (2020-2021), nama Jeon Mi-do (Jeong Chan-yeong) mulai banyak dikenal. Perannya sebagai guru teater dalam seri ini sangat cocok tetapi membuatnya terkesan kembali ke posisi rookie. Cukup disayangkan, meskipun ia dapat bermain tanpa cacat.

Akting yang baik tentu akan sia-sia tanpa presentasi sinematik yang tepat. Untungnya, pola pengambilan gambar cukup terkonsep. Tanpa mengurangi unsur dramatis sebagai ciri khas seri dengan konflik yang naik-turun, kombinasi terlihat dan terdengar pada seri ini tersaji dalam ritme yang tepat dan memukau. Penonton yang terbiasa menikmati seri dengan tempo lamban barangkali akan merasa keteteran di awal musim. Sebaliknya, penonton yang tidak suka pola lamban akan merasa puas.

Thirty Nine adalah sebuah kisah persahabatan yang ditulis dengan sangat baik. Dipresentasikan oleh pemain dengan performa yang matang dan mampu menghadirkan sebuah tontonan yang terkonsep dengan ritme yang tepat dan memukau. Seri ini tersedia di platform Netflix, dan sudah dapat dinikmati hingga episode terakhir.

PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaApollo 10½: A Space Age Childhood
Artikel BerikutnyaThe In Between
Arami Kasih menempuh pendidikan D3 Komunikasi di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010, kemudian melanjutkan studi S1 Film dan Televisi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta melalui program ekstensi. Arami lulus sebagai Sarjana Seni pada tahun 2019 dengan pengkajian berjudul “Implikasi Perubahan Naratif dan Sinematik dari Ekranisasi Blog Kambing Jantan”. Delapan tahun mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, ia terlibat secara aktif dalam berbagai organisasi baik sebagai pengurus maupun anggota. Beberapa di antaranya adalah komunitas radio Bionic FM, sebagai bendahara dan penyiar; komunitas sastra Pena Merah, sebagai penubuh dan penulis; serta Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi, sebagai pemimpin umum, editor, dan reporter. Ketertarikannya terhadap film berawal dari kegemaran mendengarkan dongeng yang dituturkan secara apik oleh orang tuanya semasa kecil. Ditambah kecintaannya terhadap segala bentuk kesenian, mulai dari seni tradisional hingga media baru. Ia pun telah beberapa kali terlibat dalam kegiatan seni rupa dan pertunjukan. Baginya, film sebagai karya seni popular merupakan manifestasi imaji yang nyaris sempurna. Sebagai mahasiswa, ia telah memproduksi berbagai karya film baik fiksi maupun dokumenter. Arami juga telah menonton segudang film dari masa ke masa. Mulai dari film roman klasik seperti Roman Holiday, hingga Lamb. Karya skenario film pertamanya dibuat pada tahun 2019 berjudul “Mulawi”. Pada tahun 2020, karya ini telah dialihwahanakan dan diterbitkan sebagai novel berjudul “Petemun” oleh penerbit indi. Arami bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2022.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.