Split (2016)

117 min|Horror, Thriller|20 Jan 2017
7.3Rating: 7.3 / 10 from 561,384 usersMetascore: 63
Three girls are kidnapped by a man with a diagnosed 23 distinct personalities. They must try to escape before the apparent emergence of a frightful new 24th.

Sineas kelahiran India, M. Night Shyamalan beberapa tahun belakangan menurun karirnya setelah dekade lalu berhasil memproduksi film-film berkelas macam The Sixth Sense, Unbreakable, hingga Signs. Karirnya jatuh setelah karyanya The Last Airbender dihujat para kritikus dan dianggap salah satu film terburuk yang pernah ada. Tahun lalu Shyamalan mencoba peruntungan dengan merambah genre baru, found footage melalui film horor The Visit, dan hasilnya jauh dari buruk, baik secara komersil maupun kritik. Bersama aktor kenamaan James McAvoy, sang sineas mencoba kembali ke jalur awal karirnya melalui Split.

Tiga orang gadis muda diculik dan disekap oleh seorang laki-laki misterius. Laki-laki tersebut ternyata memiliki identitas kepribadian yang berbeda-beda hingga 23 karakter jumlahnya! Di saat bersamaan ia selalu berkonsultasi dengan Dr. Karen Fletcher yang mulai mencurigai bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan pasiennya. Sementara tiga orang gadis yang diculik mencoba segala cara untuk bisa keluar. Salah seorang gadis, Casey mencoba meladeni si penculik ketika mereka mengetahui bahwa sang penculik memiliki multi kepribadian dengan nama Barry, Dennis, Patricia, Hedwig, serta lainnya.

Pencapaian luar biasa The Visit rupanya bukan kebetulan dan sang sineas benar-benar telah kembali ke jalurnya semula. Tema kisah film-filmnya yang selalu menggugah dan unik kini muncul kembali melalui eksplorasi kelainan mental, kepribadian ganda. Sang sineas tidak hanya berkutat pada sesuatu yang sifatnya ilmiah namun lebih jauh lagi melihat suatu anomali yang mungkin timbul dari kepribadian ganda. Karakter Dr. Fletcher menjadi medium bagi penonton untuk menjelaskan segala hal kompleks tentang kelainan ini dengan cara yang sederhana. Plot filmnya terjadi ketika sang pasien tengah bergulat dengan masing-masing kepribadiannya dan sang aktor, James McAvoy mampu memainkan semua karakternya dengan sempurna.

Baca Juga  Spider-Man: Far from Home

Diluar tema kisahnya, karakter estetik sang sineas masih terlihat sangat kental melalui shot-shot dekatnya. Tokoh protagonis utama, yakni Casey adalah sosok traumatik yang digambarkan melalui serangkaian kilas-balik yang penuh tanda tanya. Jawaban misteri dari kilas-baliknya seperti biasa muncul pada twist ending yang tak akan mungkin bisa diantisipasi siapa pun. Shyamalan kembali mampu menutup kejutan dengan amat rapi seperti sebelum-sebelumnya. Sang sineas rupanya kini melakukan kompromi dengan tempo kisahnya yang tak selambat film-film sebelumnya dengan dialog-dialog yang lebih to the point. Usaha ini sudah dilakukannya sejak The Visit dan rasanya lebih adaptif dengan selera penonton sekarang.

Split menandai kembalinya M. Nigth Shyamalan ke performa terbaiknya dengan memegang satu kartu As untuk seri di masa datang. Kartu As? Shyamalan memberi sebuah kejutan besar di penghujung filmnya yang tak akan bisa diduga siapa pun. Bermula ketika ilustrasi musik salah satu film sang sineas sebelumnya muncul mengiringi ending credit dan tanpa diduga satu adegan tambahan disajikan yang merupakan adegan paling mengejutkan sepanjang karir sang sutradara. Tambahan 10 poin karena telah memancing imajinasi dan rasa penasaran, entah apa yang akan Shyamalan lakukan dengan tokoh ini ke depan?
WATCH TRAILER

PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaFrom London to Bali
Artikel BerikutnyaJohn Wick: Chapter 2
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.