Rilis saat bulan Ramadhan, menjadikan Tanduk Setan menarik dari segi topik khususnya dalam keagamaan. Amriy R. Suwardi dan Bobby Prasetyo, dua sejoli mengemas banyaknya perilaku buruk manusia selama di dunia dalam bentuk ‘dosa setan dan iblis’. Tak disangka topik cerita yang diangkat sangat beragam, dari mulai dosa dalam hubungan terlarang sampai susuk yang dipakai seseorang sampai ajal mendatang. Starvision sebelumnya menghadirkan film-film horor populer, sebut saja Keramat, Ghost Writer, dan Pocong The Origin. Film yang dibintangi oleh bintang baru Boy Muhammad dan Nur Mayati ini turut dipertanyakan, akankah mampu mencapai puncak kesuksesan film-film horor sebelumnya?.
Sumirah (Mayati) sedang hamil tua dan sudah lewat dari masa melahirkan. Bersama suaminya, Jaya (Muhammad), mereka tinggal di sebuah Desa yang jauh dari teknologi medis membuat mereka harus berjuang untuk melahirkan dibantu oleh bidan setempat. Setelah dua hari, namun tetap hasilnya nihil. Akhirnya, Jaya (Muhammad) mencari cara agar istrinya segera dilarikan ke rumah sakit di kota. Selama di perjalanan, muncul keanehan satu persatu, dari mulai jalan yang berulang, sampai di sebuah rumah sakit. Tanpa mereka sadari, ternyata rumah sakit tersebut tidak seperti yang mereka pikir.
Dari segi topik dan penceritaan dalam Tanduk Setan, sedikit rumit jika dibahas. Dialog multi bahasa (Jawa, Sunda dan Indonesia) yang membuat orientasi bahasa dan lokasi cerita dalam film ini belum jelas. Selain itu, akting yang dibawakan dua karakter utama terasa lemah yang terlihat karena minim pengalaman. Selain itu, beberapa adegan juga dirasa tidak perlu dihadirkan, seperti ketika Sumirah sedang sulit melahirkan, adegan justru didominasi dengan Jaya dan teman-temannya bermain gim. Semua ini membuat kisah penceritaannya lemah dan sulit untuk masuk. Film ini sedikit terbantu penampilan Taskya Namya dan Rukman Rosadi yang memerankan cerita berbeda menuju akhir. Kisah mereka tidak ada hubungan cerita dengan plot di awal, seolah seperti dipaksakan untuk menjadi satu film.
Jika dibandingkan dengan film Siksa Neraka, yang sama-sama membahas tentang dosa manusia tentu berbeda jauh. Siksa Neraka hadir dengan penceritaan dan teknis yang jauh lebih baik dan ditunjukkan dengan frontal sehingga terasa realistis, ini membuatnya lebih unggul dibandingkan Tanduk Setan. Meskipun membahas tentang dosa dan hukuman manusia, namun Tanduk Setan kurang memperlihatkan hukuman bagi manusia yang akan berakibat jera. Seharusnya film ini memiliki banyak pesan, namun sayangnya dari segi penceritaan tidak dikemas dengan baik.
Meskipun dari segi teknis dan penceritaan yang masih kurang, Tanduk Setan bisa selamat lewat set lokasi yang lumayan meyakinkan. Dari mulai rumah sederhana yang menunjukkan status ekonomi keluarga Sumirah dan Jaya yang kurang mampu, sampai adegan di jalanan menuju rumah sakit yang memang menunjukkan latar perkampungan terpencil dan jauh dari kota. Namun sayangnya, hanya itu satu-satunya keunggulan dalam film Tanduk Setan.