the beekeeper

Masih belum bosan dengan aksi Jason Statham? The Beekeeper adalah film arahan David Ayer yang kita tahu memproduksi film-film aksi, seperti Street Kings (2008), End of Watch (2012), Sabotage (2014), hingga Suicide Squad (2015). Selain sang bintang, film ini juga dibintangi Emmy Raver-Lampman, Josh Hutcherson, Bobby Naderi, Minnie Driver, Phylicia Rashad hingga aktor kawakan Jeremy Irons. Akankah film ini seperti film-film aksi sang bintang kebanyakan?

Seorang peternak lebah bernama David Clay (Statham) kini menetap dengan damai di wilayah pinggiran. Ia menyewa gudang milik Eloise (Rashad), seorang perempuan tua yang menganggap David seperti putranya sendiri. Tidak hingga suatu ketika, Eloise tertipu oleh satu jaringan online (phising) hingga rekening jutaan dollar miliknya terkuras habis. Eloise pun memilih mengakhiri hidupnya. Clay yang merasa berhutang budi, berniat menolong Eloise dengan caranya sendiri. Siapa menduga, seorang pria peternak lebah tersebut adalah mantan agen legendaris yang dijuluki The Beekeeper.

Ah lagi lagi Statham. Tak banyak ekspektasi sebelum menonton, namun harus diakui The Beekeeper adalah salah satu film sang bintang yang paling menghibur. Fans sang bintang kali ini bakal melonjak kegirangan di bioskop. Aksi nonstop dengan segala atribut yang lekat dengan Statham, semua ada di sini. Naskahnya mendukung 100% seluruh adegan aksinya yang mengabaikan semua ketahanan tubuh dan logika akal sehat. Hei, bukankah The Raid dan seri John Wick juga melakukan hal yang sama?

Dari ringkasan cerita di atas, jelas tampak kemiripan dengan plot John Wick. Seorang mantan pembunuh tangguh yang melakukan aksi balas dendam secara personal. Namun, satu hal yang membedakan The Beekeeper adalah latar sosoknya. Wick adalah seorang pembunuh bayaran sementara Clay adalah seorang agen pemerintah. Latar sosok Clay menjadi daya tarik tersendiri yang terus membuat kita penasaran. The Beekeeper ibarat adalah agen top yang paling top yang bekerja mandiri di luar sistem. Kini, ia harus melawan sistem yang menciptakannya. Bukankan plot senada sering muncul? Ya, tapi mereka bukan Jason Statham.

Baca Juga  Love and Monsters

The Beekeeper adalah semua ekspektasi tentang aksi laga dan pesona Statham, tanpa ada lainnya kecuali murni hiburan. Tak ada pun di sini selain hanya kepuasan fans penikmat sang bintang. Aksi laganya pun jelas jauh berbeda dengan The Raid atau John Wick yang terkoreografi secara estetik. The Beekeeper hanya menampilkan aksi-aksi laga konvensional dengan sedikit bumbu aksi brutal. Penipuan online hingga sistem dan pejabat korup kini hanyalah tempelan sebagai panggung atraksi salah satu bintang laga terbaik dalam sejarah medium film. Job done untuk Statham.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
70 %
Artikel SebelumnyaDream Scenario
Artikel BerikutnyaEcho
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.