the burial
The Burial (2023)
126 min|Drama|13 Oct 2023
7.1Rating: 7.1 / 10 from 35,798 usersMetascore: N/A
Inspired by true events, a lawyer helps a funeral home owner save his family business from a corporate behemoth, exposing a complex web of race, power, and injustice.

The Burial adalah film drama pengadilan yang diarahkan oleh Margaret Betts. Film ini dibintangi nama-nama besar, yakni Jamie Foxx, Tommy Lee Jones, Jurnee Smollett, Mamoudou Athie, Alan Ruck, dan Bill Camp. Kisahnya diadaptasi dari artikel bertitel sama yang dirilis The New Yorker pada tahun 1999 yang bersumber pada kisah nyata antara pengacara ternama Willy E. Gary dan kliennya, Jeremiah O’Keefe. Film ini dirilis platform Prime Video belum lama ini. Akankah The Burial mampu menjadi sebuah film drama biografi yang memikat?

Dihimpit oleh lilitan hutang, pengusaha pemakaman lokal, Jeremiah O’Keefe (Jones) dipaksa menjual asetnya ke satu pengusaha pemakaman raksasa di Kanada, yakni The Loewen Group. O’Keefe ditemani dua rekan pengacaranya, Mike Allred (Ruck) dan Hal Dockins (Athie). Mereka bertemu sang CEO, Raymond Loewen (Camp) dan akhirnya kesepakatan dicapai. Waktu pun berselang, pihak Loewen belum juga menandatangi kontrak yang diduga ada unsur kesengajaan. Jeremiah pun berniat menuntut Loewen dengan menggunakan pengacara glamor, Willy. E Gary (Foxx).

Drama pengadilan senada, raksasa vs “orang kecil” telah sering disajikan dengan beragam motif, sejak The Insider hingga Erin Brockovich. Modus plotnya pun sama, bagaimana investigasi tim pencari fakta untuk mencari bukti solid yang digunakan dalam pengadilan. Sementara di pihak lawan, dengan segala sumber dayanya yang tak terbatas menggunakan cara apa pun untuk berkelit dan mempertahankan diri. Uang akan selalu berbicara. Dua film di atas melakukannya dengan cara yang elegan dan berkelas.

Baca Juga  Men in Black: International

Sementara The Burial mengalir datar dengan menunda selama mungkin klimaksnya melalui pembelokkan ke intrik ras yang dangkal dan mudah sekali dibaca. Para tokohnya tampak gegabah dan tak siap menghadapi persidangan. Pula, terlalu banyak subplot yang membuat tak fokus antara sisi investigasi, drama di pengadilan, dan relasi antara karakternya. Kita semua tahu, apa yang bakal terjadi dan pihak protagonis bakal menang dengan gemilang. Namun, usaha dan prosesnya tak mampu membangun drama pengadilan intens dan menggugah yang mengalihkan antisipasi penonton. Terasa janggal pula, Jeremiah yang membangun usaha untuk keluarganya (anak cucunya), namun tak ada secuil pun sosok putra dan putrinya dalam plot selain istrinya. Ini tentu melemahkan motif karakternya.

Tipikal drama pengadilan David vs. Goliat, The Burial, di luar penampilan kuat kastingnya, selain kurang menggugah, nyaris tiap kelokan plotnya tak sulit untuk diantisipasi. Potensi besar plotnya sesungguhnya adalah emosi dan chemistry antara Willy dan Jeremiah, bukan pada kemenangan orang kecil pada pihak penindas. Jika ini ditekankan sepanjang filmnya, hasilnya mungkin berbeda. Usaha pemakaman sebagai sisi spesifik yang menjadi nilai keunikan kisahnya, sejatinya dapat diolah sebagai metafora yang lebih mendalam. Bukan semata glorifikasi keseteraan ras dan keberpihakan orang kecil melalui tipikal kisah Good vs Evil. Untuk tontonan streaming, The Burial jelas lebih dari cukup.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaTotally Killer
Artikel BerikutnyaKillers of the Flower Moon
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.