The Gangster, The Cop, The Devil merupakan film aksi kriminal yang disutradarai oleh Lee Won-tae dan diperankan oleh Ma Dong-seok, Kim Mu-yeol dan Kim Sung-kyu. Bahkan, sebelum rilis film ini pada tanggal 15 Mei lalu di Korea Selatan, Sylvester Sallone bersama Balboa Productions mengumumkan akan memproduksi remake film ini dengan Ma Dong-seok akan turut berperan dalam filmnya. Film ini juga diputar dalam ajang bergengsi Cannes Film Festival 2019 baru lalu, walau sayangnya tidak masuk kompetisi.
Polisi dan gangster sudah menjadi rival abadi dalam satu kota. Sementara pembunuh berantai berkeliaran mengancam kenyamanan warga kota. Kasus demi kasus terus bermunculan hingga membuat polisi kalang kabut untuk memecahkan misteri, siapa dibalik pelaku pembunuhan dan apa motifnya. Hingga suatu ketika, seorang bos gangster menjadi korbannya walau tak sampai tewas. Baik pihak polisi maupun gangster pun, kini sama-sama memburu sang pembunuh.
Tak heran jika film ini akan di-remake Hollywood. Premisnya terbilang baru dan unik untuk genrenya, yakni pihak gangster dan polisi saling bahu membahu untuk menangkap sang pembunuh. Aksi ketegangan dan momen kejar-mengejar tentu dominan dan menjadi segmen paling dinanti dalam kisahnya. Sang sineas membuatnya menjadi kian menarik ketika ke dua pihak sama-sama memiliki kepentingan. Rasa penasaran penonton semakin menjadi ketika konflik demi konflik justru semakin memperkeruh keadaan, keduanya pun dipermainkan oleh sang pembunuh yang sulit dilacak. Sang sineas secara cerdas mampu menjaga intensitas ketegangan sekaligus sisi misteri hingga akhir filmnya.
Kekuatan film ini lainnya datang dari penampilan dua bintang utamanya, yakni Ma Dong-seok dan Kim Mu-yeol yang tampil menawan dalam film ini. Siapa sangka, Ma Dong-seok yang sering berperan menjadi sosok protagonis, ternyata mampu berperan apik sebagai seorang bos mafia yang disegani. Sosoknya yang karismatik memang tak tergantikan. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa Ma Dong-seok kelak akan tetap berperan sebagai Jang Dong-soo versi remake Hollywood-nya. Sementara Kim Mu-yeol juga mampu mencuri perhatian penonton dengan perannya sebagai polisi nyentrik dengan tingkahnya yang cenderung nekat dan sesuka hati. Kombinasi dan chemistry keduanya mampu menghidupkan suasana sepanjang film ini.
Film ini secara teknis memang digarap sangat mapan layaknya film Hollywood, meski beberapa momen tampak terlalu mendramatisir. Satu hal yang masih menjadi ciri khas film-film Korea. Sekali pun segmen aksinya tidak dominan, namun tetap enak dilihat, meski koreografinya terbilang biasa. Teknik montage dalam satu segmennya disajikan sangat mengesankan ketika pihak polisi dan gangster saling bekerja sama, menyisir wilayah demi wilayah untuk mencari sang pembunuh.
Bagi penikmat film aksi kriminal, The Gangster, The Cop, The Devil, bisa menjadi pilihan selain film John Wick 3 yang dirilis berbarengan. Tak seperti John Wick yang dominan aksi, film ini mampu membagi porsi drama dan aksi secara seimbang. Sekali lagi, dapat kita simpulkan bahwa perfilman Korea kini terus semakin berkembang pesat, baik sisi ide kreatif cerita hingga cara pengemasan filmnya yang secara teknis sudah sangat mapan. Ini bisa menjadi contoh bagus bagi industri perfilman kita, bagaimana pemerintah setempat juga mendukung sepenuhnya industri kreatif di negaranya yang semakin berkembang, sementara di sini, kita masih sibuk dengan topik dan genre itu-itu saja, belum berani keluar dari zona nyaman.