Saya pertama kali tahu lagu karya Weird Al Yankovich adalah puluhan tahun lalu melalui album Off the Deep End melalui hits-nya, Smell Like Nirvana. Weird: The Al Yankovich Story adalah film parodi biografi dari pemusik eksentrik, Weird Al Yankovich. Film ini diarahkan oleh sineas debutan Eric Appel dengan dibintangi Daniel Radcliffe, Evan Rachel Wood, Rainn Wilson, serta Toby Huss. Film ini dirilis oleh platform Roku Channel dengan bujet USD 8 juta. Jika kamu berpikir ini adalah film drama biografi seperti lazimnya, kamu salah besar.

Nobody wants to hear a parody song when they can hear the real thing for the same price. What’s the point?”

Sejak kecil Al (Radcliffe) adalah sosok bocah aneh yang suka memarodikan lagu populer. Sementara sang ayah tak suka dengan sikap putranya, ibunya justru membelikannya sebuah akordion yang membentuk jalan hidupnya kelak. Satu single-nya, “My Bologna” menjadi hit di radio, sementara produser rekaman justru mengejeknya. Pertemuannya dengan idola ciliknya, Dr. Demento (Wilson), seorang penyiar top mengubah perjalanan karirnya. Semua pemusik top berharap lagu mereka diparodikan oleh Al, bahkan bintang pop sekaliber Madonna (Wood).

Saya tak tahu, apakah biografi parodi semacam ini pernah diproduksi semacamnya. Ini bukan The Is Spinal Tap (1984) yang merupakan grup band fiktif (mockumentary), namun adalah kisah hidup sang artis sendiri yang di-“pleset”kan. Sang pembuatnya membuat film ini sama dengan “spirit” Weird Al yang memarodikan lagu-lagu top dengan gaya khasnya. Ini adalah sebuah komedi yang amat brilian di mana semua karakter dalam filmnya bermain serius sementara penonton tak akan mampu menahan gelak tawa mereka. Madonna, Michael Jackson, hingga Pablo Escobar tak luput dari korbannya, khususnya sang ratu pop.

Baca Juga  It

Selain Radcliffe yang bermain “edan” sebagai Al, Evan Rachel Wood boleh jadi adalah pencuri perhatian utama yang bermain menggemaskan sebagai Madonna. Jika dalam universe yang berbeda, keduanya boleh jadi adalah kandidat pemain terbaik dalam ajang Academy Awards. Untuk perannya mereka berdua benar-benar bermain brilian. Belasan “cameo” juga muncul dalam filmnya yang dimainkan nama-nama besar, seperti Jack Black, Lin-Manuel Miranda, Conan O’Brien, hingga Yankovich sendiri.

Weird: The Al Yankovich Story adalah usaha brilian memarodikan kisah hidup sang artis dengan stempel uniknya dan dua kasting bintangnya yang bermain luar biasa. Film ini adalah satu pencapaian segar dari genre biografi dengan segala gimmick-nya. Weird Al Yankovich bukanlah legenda macam Queen atau Elvis yang pernah di-biopic-kan, namun untuk inovasinya, film ini adalah sesuatu yang sama sekali berbeda melalui pendekatan komedinya.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaConfidential Assignment 2: International
Artikel BerikutnyaKritik Film, Oh, Kritik Film : Sebuah Kritik untuk Kritik
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.