Go as far as you can–way out yonder where the crawdads sing.”

Where the Crawdads Sing (2022)
125 min|Drama, Mystery, Romance|15 Jul 2022
7.2Rating: 7.2 / 10 from 128,056 usersMetascore: 43
A woman who raised herself in the marshes of the Deep South becomes a suspect in the murder of a man with whom she was once involved.

Where the Crawdads Sing adalah film drama thriller yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Delia Owens. Film ini disutradarai oleh Olivia Newman yang dikenal sering membuat seri televisi bertema penyelidikan. Film berbujet USD 24 juta ini dibintangi oleh Daisy Edgar-Jones, David Straithaim, Taylor John Smith, dan Harris Dickinson. Kisah misteri pembunuhan dibalut kisah roman adalah sebuah kombinasi langka, lantas bagaimana dengan film ini?

Catherine atau disingkat Kya (Jones) adalah gadis muda yang ditinggal sendiri oleh keluarganya sejak ia kecil. Kya tinggal terisolasi di daerah rawa pinggir laut jauh dari keramaian kota. Satu kasus pembunuhan pria muda di area rawa ditimpakan dakwaan pada Kya karena apriori negatif warga kota sejak ia kecil. Kisahnya menyajikan kilas-balik perjalanan hidup Kya, bersama dua orang pria muda yang  pernah ia kencani, salah satunya adalah pria yang terbunuh.

Premis menarik ditambah lokasi set yang eksotis menjadi salah satu kekuatan besar kisahnya. Uniknya, kisahnya sama sekali tidak menyajikan sisi penyelidikan (persidangan), namun justru adalah kisah masa lalu Kya. Apakah dua sisi ini saling berhubungan? Jujur saja, tidak. Ini tentu memberi ekspektasi besar pada ending-nya yang sekiranya memberi jawaban dari misteri kisahnya. Saya tidak akan menjawab ini, biarkan rawa keruh yang menjawabnya. Hanya satu hal, naskahnya memang tidak memberikan gigitan membekas pada ending-nya.

Baca Juga  Moonfall

Kisahnya tidak mampu mendukung premisnya yang menjanjikan, namun Where the Crawdads Sing berlokasi di teritori eksotis yang langka untuk genrenya. Pesona rawa yang mengagumkan dengan segala flora dan faunanya mampu ditangkap kamera dengan apik sepanjang film. Penampilan sang aktris pun, Daisy Edgar-Jones, begitu memikat sebagai sang gadis rawa, demikian pula dengan sang aktris cilik (Jojo Regina) yang memerankan Kya kecil. Dengan potensi setting waktu (1960-an) dan lokasinya, mestinya ini mampu memberikan sebuah isu yang lebih menarik. Tidak hanya sebuah kisah misteri dan roman biasa. Talenta sang sineas yang amat berpengalaman dengan tema investigasi pun terasa muspra. Masih banyak rahasia yang masih tersimpan di rawa penuh pesona ini.

 

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaLove in the Villa
Artikel BerikutnyaMendarat Darurat
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.