are you there god? its me margaret
Are You There God? It's Me, Margaret. (2023)
106 min|Comedy, Drama, Family|28 Apr 2023
7.3Rating: 7.3 / 10 from 31,086 usersMetascore: 84
Eleven-year-old Margaret moves from the city to the suburbs and starts to contemplate everything about life, friendship and adolescence. She relies on her mother, Barbara, who offers loving support, and her grandmother, Sylvia.

Are You There God? It’s Me Margaret adalah film drama komedi remaja yang diarahkan oleh Kelly Fremon Craig. Uniknya, film ini diadaptasi dari novel klasik fenomenal bertitel sama karya Judy Blum yang dirilis pada tahun 1970. Film ini dibintangi oleh Rachel McAdams, Kathy Bates, Benny Safdie, serta bintang cilik Abby Ryder Fortson. Siapa menyangka film remaja yang bersumber dari novel berumur 50 tahun yang lalu ini masih mampu merefleksikan situasi jaman sekarang?

I don’t know God. The people seem nice, and I loved the music, but I guess I expected something else?” -Margaret

Film berlatar tahun 1970 ini berkisah tentang remaja sebelas tahun bernama Margaret (Fortson). Ia terpaksa ikut pindah bersama orang tuanya, Herb (Safdie) dan Barbara (McAdams) dari Kota New York ke kota pinggiran di New Jersey. Margaret yang awalnya frustasi, tak lama menemukan dunianya sendiri bersama rekan-rekan barunya di sekolah dan lingkungan rumahnya. Sejalan dengan rutinitasnya, masa pubertas tak terelakkan, di mana ia harus beradaptasi dengan tubuhnya yang beranjak dewasanya. Orang tuanya yang berbeda kepercayaan, Yahudi dan Kristen, juga membuat Margaret pun mulai mencoba mengambil sikap yang terbaik menurut dirinya.

Kisah film ini banyak mengingatkan saya pada Forest Gump (1994) yang melihat dunia dari seorang sosok pria polos dan jujur yang melihat dunia seperti apa adanya. Sementara Margaret adalah gadis remaja yang tengah beranjak dewasa, baik pikiran dan tubuhnya, yang harus berhadapan dengan lingkungan baru serta situasi orang tuanya yang berbeda agama. Sayang, saya belum membaca novelnya sehingga tak tahu persis apa yang hilang atau ditambah dalam versi adaptasi filmnya. Seperti halnya Forest Gump, mustahil durasi Are You There God? yang hanya berdurasi 106 menit mampu menampung semua isi novelnya. Namun dari yang saya tonton, ini sudah cukup untuk mengirimkan inti kisahnya melalui naskahnya yang efektif dan solid.

Baca Juga  Flamin' Hot

Are You There God? membawa kita pada sebuah petualangan mengasyikkan yang disajikan ringan dengan selipan komedi sepanjang filmnya. Sejak awal, kita pun bisa langsung berempati penuh dengan sosok Margaret yang diperankan begitu mengesankan oleh sang bintang. Kisahnya pun tidak lantas terfokus pada sosok titelnya, namun pula orang-orang terdekatnya, khususnya sang ibu dan nenek. Tabrakan kepentingan dan tuntutan di antara mereka bertiga dikemas begitu natural tanpa harus memberi eksposisi tambahan tentang sosok mereka. Kita bisa ikut tertawa, tersenyum geli, terharu, sedih, tersipu, serta tersentuh dengan segala hal yang dialami Margaret. Banyak hal kecil menarik yang tak mungkin ditulis di sini. Seringkali hidup tak seperti yang kita harapkan, namun kadang pula berjalan di luar ekspektasi. Semuanya tersaji dengan manis dan enerjik dengan pesan menggugah dan mendalam tentang kehidupan, tanpa sedikitpun memberi ceramah atau petuah moral.

Are You There God? It’s Me Margaret adalah film drama remaja langka dengan kisah penuh makna serta pencapaian mengesankan dari para kastingnya, khususnya sang bintang Abby Ryder Fortson. Sang bintang yang juga bermain sebagai Cassie kecil dalam Ant-Man dan sekuelnya, memiliki potensi besar di masa mendatang. Lebih jauh, film ini adalah sesuatu yang kita butuhkan saat ini di tengah situasi dunia yang penuh kemelut. Tadinya, saya berharap kisah film ini bicara lebih dalam tentang perkara religius layaknya Life of Pi, namun sejalan dengan pengembangan cerita, saya menyadari bahwa untuk apa bicara lebih jika pesannya telah tersampaikan dengan lugas? Melalui perspektif remaja 11 tahun, film ini telah menjawab semua masalah saat ini dengan cara yang sederhana. Piala Oscar? Bisa jadi terlalu dini, namun penampilan sang bintang remaja ini tidak bisa diabaikan begitu saja.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaThe Boogeyman
Artikel BerikutnyaThe Flash
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

1 TANGGAPAN

  1. Konklusi yang diambil sangat tepat dan cerdas walau terasa ambigu. Tapi itu kputusan yang sangat tepat tanpa menunjukan keberpihakan penulis dengan mengangkat salah satu pihak. Keren terutama acting si casie Lang anak ant man 8.10

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.