Gold (2022)
97 min|Action, Adventure, Thriller|18 Mar 2022
5.4Rating: 5.4 / 10 from 12,654 usersMetascore: 48
In the not too distant future, a drifter travelling through the desert discovers the largest gold nugget ever found. He must guard it from thieves amid harsh conditions and wild dogs while waiting for his partner to return.

Gold merupakan film drama survival produksi Australia garapan Anthony Hayes yang uniknya juga menulis dan turut bermain di dalamnya. Film minimalis yang diproduksi di era pandemi ini hanya dibintangi tiga pemain saja, yang mengejutkan pula dibintangi aktor ternama Zac Efron dan bintang lokal Susie Porter. Lantas, apa yang membuat sang aktor mau bersusah payah produksi di tengah gurun yang gersang, apakah itu semua sepadan dengan pencapaian filmnya?

Berbekal sebuah informasi, Virgil (Efron) mencoba peruntungan dengan pergi ke gurun panas dan gersang. Untuk ke lokasi ia diantar oleh Keith (Hayes) menggunakan mobil truk kecil miliknya. Ketika separuh perjalanan, truk mereka pun mogok, dan tanpa diduga Virgil menemukan sebongkah emas yang ukurannya luar biasa besar. Karena tak ada peralatan yang memadai, akhirnya Virgil memutuskan untuk tinggal, dan Keith kembali ke kota untuk membawa peralatan yang lebih besar. Selama penantian, Virgil harus bertahan hidup dari hawa panas, hewan liar, serta orang misterius yang terus mengusiknya.

Gelagat sisi sinematografi yang menawan sudah tampak sejak pembuka filmnya. Tampak sekali sang sineas mampu memadukan komposisi apik dengan panorama gurun yang memesona. Nyaris semua shot-nya terukur dengan beberapa ambilan gambar punya makna lebih. Ini semua tak berarti tanpa dukungan akting kuat Efron yang bermain solo nyaris sepanjang film, serta tata rias wajah yang luar biasa. Aspek make-up dengan pencapaian seperti ini sangat langka. Dari waktu ke waktu, wajah Virgil tampak semakin rusak, lecet dan mengelupas karena cuaca panas teramat ekstrem yang disajikan dengan sangat natural. Sungguh istimewa sekali.

Baca Juga  Tokyo Shaking (Festival Sinema Prancis)

Gold bukanlah hal baru dari sisi pesan simboliknya, namun secara estetik amat kuat di aspek sinematografi, akting sang bintang, serta pencapaian make-up yang istimewa. Untuk level produksi dan pemainnya, mestinya pencapaian film ini bisa lebih baik dengan menawarkan hal-hal baru yang tidak sampai memberi kesan “film murah”. Gold ibarat Avatar milik James Cameron versi ekonomis, dengan membawa pesan manusia yang serakah dan rakus, serta eksplorasi SDA di wilayah pedalaman (negara dunia ketiga) oleh negara adidaya. Ending-nya yang mengejutkan menggambarkan ini semua dengan gamblang.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
75 %
Artikel SebelumnyaAll of Us Are Dead
Artikel BerikutnyaCek Ombak (Melulu)
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.