Episode #1.70 (2005)
N/A|Drama|N/A
Rating: Metascore: N/A
N/A

Sebelum rilis film ini, Spider-Man: No Way Home (NWH), telah menjadi sensasi heboh dengan berbagai spekulasi dan teori keterkaitannya dengan dua franchise Spiderman sebelumnya. Apakah ini benar? Apakah ini hanya sensasi sebagai pancingan untuk menarik penonton? No Way Home adalah seri ketiga dari Spiderman versi Marvel Cinematic Universe (MCU). Film ini masih disutradarai John Watts dengan bintang-bintang regulernya, Tom Holland, Zendaya, Marisa Tomei, Jacob Batalon, John Favreu, serta bintang tamu Bennedict Cumberbacth sebagai Doctor Strange.

Peter (Holland) yang kini identitasnya sebagai sang pahlawan super diketahui secara publik mengalami gangguan fisik dan psikis yang luar biasa, termasuk Bibi May, Ned, dan tentu saja sang pacar, MJ. Peter lalu meminta tolong pada Doctor Strange (Cumberbacth) untuk menghilangkan memori semua orang tentang identitas dirinya sebagai Spider-Man, terkecuali bibi, pacar, dan sahabatnya. Permintaan yang terlalu banyak ini menyebabkan mantera sang penyihir menjadi tak stabil dan menyebabkan sosok asing dari semesta alternatif lainnya berdatangan.

Harap-harap cemas menanti film ini. Sejauh ini, sosok Spider-Man dalam MCU mampu dibangun secara segar berpadu dengan sosok-sosok besar MCU lainnya. Dari trailer-nya sudah cukup informasi bahwa sosok antagonis dari dua seri lamanya masuk dalam kisahnya. Lalu bagaimana dua sosok Spider-Man-nya?Ini tentu menjadi pertanyaan besar. Apapun itu, dijamin film ini bakal memuaskan kebanyakan penonton dengan segala aksi, sisi humor, dan inovasi ceritanya, tapi sayangnya tidak termasuk saya sebagai fans MCU. Dari sisi cerita, film ini berbeda jauh dengan dua seri Spider-Man sebelumnya. Absurd dan memaksa.

Satu hal saja, mengapa sosok dari semesta lainnya kebetulan hanya ada di dua seri Spider-Man lainnya? Ya, sah-sah saja, namun tampak sekali tarik ulur pihak studio (Marvel + Disney dan Columbia) untuk menarik sosok laba-laba super ini. Bagi yang sudah menonton Venom baru lalu, jelas tampak bahwa sosok Venom masuk ke dalam MCU, atau justru malah sebaliknya, Spider-Man yang akan ditarik ke semesta mereka? Apapun bisa terjadi karena ada potensi milyaran dollar di sana. Dijamin Columbia tidak adakan melepaskan begitu saja sosok ini tanpa ada suatu imbal balik yang besar buat mereka.

Baca Juga  Trolls

Saya malah tertarik dengan perspektif lain kisahnya, yakni Doctor Strange. Satu kejutan di post credit-“scene” seolah membuat kisah film ini hanyalah pembuka dari film Doctor Strange kelak. Walau muncul hanya beberapa adegan, namun sosok penyihir ini sangat mencuri perhatian karena poin utama kisahnya adalah Stephen Strange. Sosok ini yang membuat kisahnya masih terikat dengan MCU dengan segala atribut sihirnya. Sementara Peter sendiri tampak terbenam di antara sosok “lain-lain”nya. Peter yang sudah mengalami banyak peristiwa sejak Civil War hingga Endgame, tetap saja bertingkah seperti bocah. Ini yang membuat kisahnya mudah sekali diprediksi, tidak seperti dua film sebelumnya.

NWH dijamin bakal menghibur banyak fans superhero ini. Bakal tipis pula perbedaan perspektif kreatifitas dalam memandang film ini, namun Spiderman: No Way Home tampak sekali sebagai kompromi pihak studio untuk pengembangan seri ini ke depannya. Untuk genrenya, NWH adalah sebuah terobosan besar karena mampu mengembangkan kisahnya secara “kreatif” atau “cerdas” dengan dua seri lamanya. Namun, untuk semesta sinematiknya adalah sebuah pemaksaan konsep yang luar biasa hanya untuk merebut kembali sosok superhero terlaris yang pernah ada dalam medium film, ke studio pemilik hak ciptanya. Mungkin sudah saatnya MCU melepas sosok ini, sepertinya mereka bakal baik-baik saja tanpa Spider-Man.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaWest Side Story
Artikel BerikutnyaThe Matrix Resurrections
His hobby has been watching films since childhood, and he studied film theory and history autodidactically after graduating from architectural studies. He started writing articles and reviewing films in 2006. Due to his experience, the author was drawn to become a teaching staff at the private Television and Film Academy in Yogyakarta, where he taught Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory from 2003 to 2019. His debut film book, "Understanding Film," was published in 2008, which divides film art into narrative and cinematic elements. The second edition of the book, "Understanding Film," was published in 2018. This book has become a favorite reference for film and communication academics throughout Indonesia. He was also involved in writing the Montase Film Bulletin Compilation Book Vol. 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Additionally, he authored the "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). Until now, he continues to write reviews of the latest films at montasefilm.com and is actively involved in all film productions at the Montase Film Community. His short films have received high appreciation at many festivals, both local and international. Recently, his writing was included in the shortlist (top 15) of Best Film Criticism at the 2022 Indonesian Film Festival. From 2022 until now, he has also been a practitioner-lecturer for the Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts in the Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.