The Book of Boba Fett adalah spin-off seri The Mandalorian yang merupakan bagian dari semesta sinematik Star Wars. Seperti seri Mandalorian, naskah seri ini ditulis oleh Jon Favreau, dan diarahkan oleh beberapa sineas yang namanya tak asing, Robert Rodriguez, Bryan Dallas Howard, Dave Filoni, Steph Green, serta Kevin Tancharoen. Seri ini sendiri dibintangi oleh Temuera Morrison, Ming-Na Wen, serta Jennifer Beals. Film ini memiliki total tujuh episode, dan uniknya tiga episode terakhir menampilkan kembali sosok Mandalorian yang masih diperankan Pedro Pascal, serta beberapa karakter penting dari serinya.
The Book of Boba Fett lebih jauh mengenalkan sosok Boba Fett (Morisson) dan sepak terjangnya sebagai sosok pimpinan dunia gelap di Planet Tattoine setelah menggantikan Jabba the Hut. Boba adalah putera dari Jango Fett yang tewas oleh Obi-Wan dalam Attack of the Clone. Sosoknya muncul dalam Empire Strikes Back dan ia terlihat tewas tertelan monster dalam satu adegan Return of the Jedi. Kisah seri ini dimulai dari titik ini, di mana ia ternyata masih hidup serta lalu menjadi bagian dari suku nomaden, Tusken Raiders. Setelahnya, ia kembali ke Planet Tattoine dan kisahnya secara ringkas menggambarkan perseteruannya dengan kelompok kriminal lainnya yang ingin menguasai perdagangan rempah di sana.
Apakah kisah Boba layak untuk diikuti? Iya bagi fansnya, namun bagi kontinuiti plot Star Wars, Boba bukanlah sosok penting dan kisah perjalanan hidupnya pun kurang menarik. Tidak hingga episode kelima, seri ini menjadi lebih hidup karena hadirnya sosok Mandalorian, atau Din Jardin (Pascal). Kejutan pun semakin menjadi karena hadirnya kembali Grogu dan Luke Skywalker. Bisa dibilang pula, tiga episode terakhir adalah sekuel dari musim kedua The Mandalorian. Pada seri sosok Mando akhirnya membantu Boba untuk membebaskan warga Tattoine dari gangster lalim. Ya, cuma ini saja. Seri ini secara brutal boleh disebut sebagai pengantar seri Mandalorian berikutnya.
Seperti seri Star Wars lainnya, kekuatan terbesar film ini adalah mise_en_scene dan efek visualnya. Untuk urusan ini, seri Star Wars seperti tidak ada lawan dalam menyajikan setting interior maupun eksterior yang megah. Suasana kota di Tattoine persis sama digambarkan dalam film panjangnya. Pun demikian sisi visualnya yang menyajikan kota, pesawat, hingga monster tersaji begitu natural. Pencapaian CGI seolah tidak ada bedanya dengan film-film panjangnya, bahkan terlihat lebih baik dari Episode 1 hingga 3. Satu pencapaian amat mengesankan terdapat pada seri kelima yang menyajikan satu kota melayang yang berada di luar angkasa. Ini jauh lebih baik dari semua kota yang ada di film-film panjangnya.
The Book of Boba Fett hanya merupakan bentuk loyalitas bagi para fansnya dan poin penting kisahnya bukanlah pada sosok judul titelnya, namun adalah Mando dan Grogu. Bagi saya pribadi, yang juga pecinta Star Wars (seri aslinya), franchise ini sudah mati sejak Episode VII dirilis. Alur kisahnya makin diobrak-abrik tidak karuan pada Episode IX yang membuat ketertarikan saya pada seri ini semakin melemah. Kehadiran sosok Luke, mengobati kerinduan seri aslinya, yang sebenarnya ini menarik untuk diikuti sepak terjangnya. Seri Obi-Wan kini tengah dalam pengerjaan, semoga saja, ini mampu mengembalikan mood seri ini yang dasarnya bukan semata hiburan, namun memiliki falsafah tentang kekuatan serta keseimbangan semesta dan punya makna lebih dalam.