The Doorman adalah film aksi thriller arahan sineas Jepang Ryuhei Kitamura. Walau terlihat minimalis, film ini rupanya diproduksi jauh sebelum masa pandemi (2019) dan dirilis telat di bioskop kita. Film ini dibintangi Ruby Rose, Jean Reno, Rupert Evans, serta Aksel Hennie. The Doorman memiliki konsep plot Die Hard, lantas bagaimana jika dibandingkan film-film sejenisnya?
Ali (Rose) adalah seorang mantan marinir tangguh yang masih trauma dengan masa lalunya, di mana ia gagal melindungi duta besar dan putrinya. Kembali ke kota asalnya, sang paman menawarinya pekerjaan di sebuah apartemen lawas di tempat ia bekerja. Oleh karena apartemen tersebut kini tengah direnovasi, gedung tersebut nyaris kosong, menyisakan 2 penghuni, sepasang orang tua dan saudara ipar Ali bersama dua anaknya. Sekelompok orang bersenjata dipimpin Victor (Reno) masuk ke apartemen tersebut untuk meyambangi satu penghuni yang ternyata memiliki lukisan bernilai tinggi. Ali pun terjebak dalam situasi yang serupa trauma masa lalunya.
Setelah diingat, plot film ini mirip dengan Force of Nature, hanya saja faktor cuaca mendominasi kisahnya. The Doorman praktis hanya mempertontonkan aksi “cat & mouse” antara Ali dan para teroris dari lantai ke lantai. Nyaris tak ada aksi ketegangan berarti, kecuali aksi tarung cepat yang disajikan lumayan. Logika cerita (lubang plot) menjadi faktor yang paling menganjal sepanjang kisahnya sebenarnya bisa disajikan lebih menarik. Bahkan gedungnya pun tidak pernah diperlihatkan secara utuh sehingga kita tak pernah tahu seberapa tinggi bangunan ini.
Di segmen pembuka, kita melihat Ali begitu cekatannya menembaki belasan teroris ketika ia harus melindungi duta besar dan putrinya. Namun kini, hanya segelintir teroris, ia lebih banyak mengalah dan berlarian ke sana kemari. Ya memang situasinya berbeda, tapi rasanya ia bisa melakukannya dengan mudah dalam situasi tersebut. Lalu, sesusah apa sih untuk menarik perhatian orang di luar gedung dalam situasi segenting ini, mengapa tidak pernah terpikir untuk hanya sekadar menembak jendela dari dalam lobi bawah gedung, semuanya selesai.
The Doorman adalah satu percobaan varian Die Hard berpremis menarik namun gagal dalam semua eksekusinya. Konsep plot macam ini memang sederhana, namun tak mudah dalam pengembangan kisahnya. Menjaga intensitas ketegangan adalah kunci pokok keberhasilan filmnya. Hingga kapan pun, Die Hard rasanya sulit untuk ditandingi. Namun beberapa film seperti The Rock, Speed, hingga Air Force One adalah fvarian yang ideal dengan mampu memberikan aksi ketegangan serta tontonan yang menghibur. Masih kita tunggu plot Die Hard lainnya yang lebih menjanjikan.