Episode #2.190 (2007)
N/A|Drama|26 Dec 2007
Rating: Metascore: N/A
N/A

The Silent Sea adalah film thriller fiksi ilmiah produksi Korea Selatan berepisode 8 seri rilisan Netflix. Film garapan Choi Hang-yong ini dibintangi Bae Doona, Gong Yoo, Lee Joon, serta Kim Sun-young. Uniknya pula, seri ini diadaptasi dari film pendek berjudul The Sea of Tranquility yang juga diarahkan oleh sang sineas. Satu seri filmnya berdurasi antara 39-51 menit. Lalu, apa yang membuat seri ini membuat banyak sensasi? Setelah menonton, saya sendiri tak paham.

Di masa depan, bumi yang mengalami kerusakan lingkungan besar akhirnya mulai menipis cadangan airnya. Air yang semakin langka menimbulkan kepanikan luar biasa di bumi hingga air minum pun harus dijatah, tidak terkecuali di Korea Selatan. Seorang ilmuwan, Dr. Song (Doona) diajak ikut untuk mengambil sampel laboratorium pada fasilitas riset bernama Balhae di bulan, lima tahun setelah tempat ini mengalami kecelakaan besar. Bersama belasan awak lainnya, Dr. Song tiba di Balhae, namun misi mereka ternyata tidak semudah yang mereka rencanakan.

Kisahnya memang menarik di awal, walau bagi pecinta sci-fi tentu kisah macam ini tentu sudah tak asing. Terlebih yang sudah kenal betul dengan skema plot “alien”. Plotnya kurang lebih sama, walau yang mereka hadapi kini bukan monster. Kisahnya tentu memiliki relasi dengan isu lingkungan-nya, hanya saja pengembangan plot dan eksekusinya ternyata jauh dari yang saya duga. Apakah seistimewa itukah? Jauh dari itu. Logika cerita adalah bagi saya yang membunuh kisah filmnya, bagaimana bisa?

Saya jelas bukan astronot dan tak tahu apa pun tentang angkasa luar. Tapi yang saya tahu persis, jika kita ke sana dan ada potensi bahaya sedikit saja, jelas semua protokol keselamatan serta antisipasi ancaman sudah tentu disiagakan penuh. Semua plot film fiksi ilmiah sejenis pasti begitu. Baca: semua! Sejak awal, The Silent Sea sudah memberi banyak kejanggalan soal ini, dan ini pun sebenarnya sudah diperingkatkan oleh protagonis kita. Bodohnya, ia pun ikut. Kopilot baru pun muncul beberapa menit sebelum pesawat take-off. Ah ini jelas bercanda! Keanehan tidak sampai di sini. Entah karena sudah mengetahui situasi di Balhae sebelumnya (faktanya tidak) atau memang mereka kelewat bodoh, lalu bagaimana mungkin mereka mengacuhkan puluhan orang yang tewas di sana tanpa mencari tahu terlebih dulu apa penyebabnya? Ambil sampel lantas cabut! Bagaimana jika ada sesuatu di sana dan ini bisa membahayakan tim, dan fakta berbicara begitu. Ini jelas terlalu konyol!

Baca Juga  Kilas Balik: The Two Popes

Kebodohan demi kebodohan pun terus berlanjut. Bahkan ketika sudah jelas-jelas ada satu dari tim mereka tewas karena sosok asing, mereka pun masih terlihat tenang dan tidak terasa adanya ancaman genting. Ini pun masih ditambah dengan dialog-dialog konyol yang banyak diulang dan sama sekali tidak perlu dipertanyakan. Ini sering membuat saya gemas. Ada masalah yang lebih besar tapi justru masalah sepele yang dibicarakan. Belum lagi, adanya anggota tim yang punya agenda lain (tipikal plot ”alien”). Ini jelas sama konyolnya dengan yang lain karena mereka tidak tahu persis apa yang mereka ambil. Coba, apakah mereka tidak pernah berpikir sedikit saja, bagaimana jika sampel tersebut bukan sesuatu yang bisa mereka kontrol? Capek. Ini merusak semua pencapaian bagus dari sisi artistik dan ilustrasi musik yang menjadi kekuatan filmnya.

Sebuah seri thriller panjang dengan setting, efek visual, serta musik yang mengagumkan, hanya saja The Silent Sea terbentur kausalitas dan logika yang absurd. Melihat isu lingkungannya yang kuat dan relevan dengan sekarang, sungguh sangat disayangkan potensinya. Alur cerita sudah tidak lagi relevan dengan isu di awal dan kisahnya tidak menawarkan solusi apa pun untuk masalahnya, selain justru hanya menambah masalah/ancaman baru. Jika hanya ingin memberi pesan bagaimana egoisnya manusia, sudah banyak film yang menawarkan ini. Satu yang patut ditonton adalah Don’t Look Up yang juga rilisan Netflix baru lalu.

1
2
PENILAIAN KAMI
Overall
60 %
Artikel SebelumnyaCinta Pertama, Kedua, & Ketiga
Artikel BerikutnyaNightmare Alley
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.